Ketiganya terinsiprasi dari aroma polusi tanah, polusi udara, dan polusi air. Parfum ini dibuat dalam jumlah terbatas, tidak diperjualbelikan dan hanya digunakan sebagai media edukasi serta pengingat masyarakat, agar bersama-sama lebih peduli terhadap lingkungan.
Parfum diformulasikan oleh Dedi Mahpud, 60 tahun, seorang guru kimia senior asal Bogor, Jawa Barat.
"Setiap hari, kita dengan mudah menemukan jejak-jejak perusakan lingkungan, dan kita mengerti dampak-dampak yang ditimbulkan akibat pencemaran tersebut. Kita seolah-olah menganggap polusi penyebab bau tak sedap dan berdampak buruk pada kesehatan sebagai hal lumrah. Dengan meluncurkan parfum yang terinspirasi dari aroma sekitar kita, Greenpeace Indonesia ingin membuka mata siapa saja bahwa masalah polusi sudah menempel pada diri kita layaknya parfum yang kita gunakan setiap hari," ujar Charlie.
Ia menyebut, pihaknya membuka peluang diskusi dengan semua pihak terkait masalah polusi udara ini dan berharap bisa menemukan solusi yang tepat.