Suara.com - Jefferson Sunjoto, seorang siswa dari Jakarta Intercultural School (JIS), berhasil menginnovasikan sebuah perangkat lunak yang menggabungkan tenaga angin dan tenaga surya untuk menggerakkan perahu layar tanpa ketergantungan pada energi surya.
Potensi teknologi ini tidak hanya terbatas pada pengurangan polusi udara, tetapi juga berpotensi meningkatkan kesejahteraan para nelayan. Mereka dapat berlayar tanpa harus bergantung pada pasokan bahan bakar surya yang harganya terus meningkat.
"Teknologinya memang mahal di awal, tetapi banyak penghematan di akhir karena perahu bisa bergerak tanpa bahan bakar solar. Keuntungan lain, tak ada polusi," kata Jeff dalam ketearngannya baru-baru ini.
Dia menyampaikan hasil penelitiannya di Jakarta Scholar Symposium (JSS) yang diadakan di Soehana Hall, Energy Building Jakarta pada tanggal 23 Agustus 2023. JSS adalah organisasi nirlaba independen yang memberikan peluang kepada generasi muda Indonesia untuk menghadapi isu-isu global terkini.
Baca Juga: Begini Kondisi 14 Nelayan Hilang di Air Bangis Pasaman Barat, Ditemukan di Perairan Tiku Agam
Jefferson adalah salah satu dari sepuluh siswa yang berpartisipasi dalam JSS Volume II dengan tema 'Computing for the Future' tahun ini. Siswa-siswa ini berasal dari Jakarta Intercultural School (JIS) dan British School Jakarta (BSJ).
Selama acara tersebut, para peserta JSS memaparkan gagasan tentang bagaimana teknologi komputer dapat mengatasi tantangan dalam masyarakat. Gagasan-gagasan ini dapat dikembangkan lebih lanjut demi kemaslahatan bersama.
Jefferson, yang berada di kelas XII, mengungkapkan bahwa ide penelitiannya muncul setelah membaca tentang kapal kargo yang menggunakan tenaga angin. Ide ini berkembang menjadi gagasan untuk menciptakan teknologi yang mengintegrasikan tenaga angin dan tenaga surya sebagai cadangan jika angin tiba-tiba berhenti saat hujan.
Semua perangkat yang diciptakan oleh Jeff dikendalikan secara otomatis melalui teknologi komputer. Data-data dimasukkan ke dalam komputer untuk menggerakkan perahu secara otomatis.
Dia membandingkan keuntungan dari penggunaan tenaga angin dengan tenaga surya. Pertama, tidak ada polusi karena tidak ada penggunaan bahan bakar surya. Kedua, ada penghematan biaya karena tidak perlu membeli bahan bakar.
Baca Juga: Breaking News: Kecelakaan Kapal di Air Bangis Pasaman Barat, 14 Orang Dilaporkan Hilang
"Program perputaran layar dibuat untuk selalu memaksimalkan energi dan kekuatan. Kecepatan kapal bervariasi, bisa mencapai 20-25 knots atau 23-29 mph tergantung arah angin," kata anak lelaki yang akrab dipanggil Jeff tersebut.
Dalam kontras, perahu yang menggunakan energi surya menghasilkan emisi karbondioksida sebanyak 130 ton, 26 kali lebih tinggi daripada emisi yang dihasilkan oleh mobil.
Melihat potensi keunggulan perahu yang menggunakan tenaga angin dan surya, Jeff sangat antusias untuk menerapkan penemuan ini dalam skala nyata. Dia berencana untuk mengujicobakan teknologinya pada perahu nelayan berukuran 5x6 meter.
Teknologi ini juga mencakup pemasangan panel surya yang tahan air laut dan mampu menyimpan energi dalam 2 baterai dengan kapasitas 2,2 kwh, yang dapat bertahan hingga 5 jam. Kapasitas baterai dapat ditingkatkan sesuai kebutuhan.
Jeff berharap dapat berkolaborasi dengan perguruan tinggi atau lembaga penelitian untuk mengembangkan teknologinya lebih lanjut sehingga dapat memberikan manfaat yang lebih besar kepada para nelayan, dan pada akhirnya meningkatkan kesejahteraan mereka.