Lantas, apakah intensitas tersebut termasuk normal atau hiperseks?
Penelitian telah menunjukkan bahwa pasangan yang berhubungan seks setidaknya sekali seminggu lebih bahagia daripada rekan mereka yang tidak tidur. Tetap saja, angka itu tidak berlaku untuk semua orang.
Lalu berapa banyak seks yang harus dimiliki pasangan? Sekali seminggu adalah standar umum, kata para ahli.
Statistik itu sedikit bergantung pada usia: usia 40 dan 50 tahun cenderung berada di sekitar garis dasar itu, sementara usia 20 hingga 30 tahun cenderung rata-rata sekitar dua kali seminggu.
Namun, Dr. Peter Kanaris, seorang psikolog klinis dan terapis seks yang berbasis di Smithtown, New York, memperingatkan bahwa pasangan tidak boleh mengandalkan rata-rata sebagai metrik untuk kehidupan seks mereka sendiri.
Dia melihat pasangan di setiap bagian dari spektrum seks, dari mereka yang jarang berhubungan seks hingga pasangan yang berhubungan seks 12 sampai 14 kali seminggu.
"Apa yang sebenarnya lebih penting daripada pasangan yang terjebak dalam beberapa norma statistik untuk mencocokkan diri mereka dengan itu adalah melihat ini dari perspektif kepuasan seksual," katanya kepada USA TODAY. "Jika pasangan puas secara seksual, maka itulah tujuannya."
Sementara itu, hiperseksualitas juga dikenal sebagai gangguan perilaku seksual kompulsif, atau yang lebih umum, kecanduan seks. Ketika seseorang memiliki fiksasi obsesif pada seks, tindakan seksual, dan fantasi seksual, mereka mungkin hiperseksual atau hiperseks
Fiksasi ini biasanya sangat parah sehingga dapat mengganggu fungsi sehari-hari seseorang. Beberapa penelitian menunjukkan bahwa hingga 3% hingga 6% orang hidup dengan beberapa bentuk gangguan kecanduan seksual atau gangguan terkait dan kondisi ini sebagian besar memengaruhi pria.1
Baca Juga: Anjuran Berhubungan Seks Berdasarkan Ajaran Agama Islam, Perlu Dzikir Saat Foreplay?
Orang dengan hiperseksualitas mungkin menunjukkan sejumlah perilaku seksual yang bermasalah seperti mengonsumsi konten pornografi secara berlebihan, masturbasi berlebihan, atau melakukan aktivitas seksual dengan banyak pasangan. Kurangnya pengakuan hiperseksualitas sebagai gangguan mental telah mengakibatkan banyak orang hidup dengan kondisi tersebut tanpa diagnosis resmi.