Suara.com - Perkara Farel Aditya dengan dr. Richard Lee hingga saat ini masih menjadi sorotan. Baru-baru ini kembali terbongkar dugaan Farel Aditya yang sebenarnya tidak ditelantarkan orang tua seperti ceritanya.
Hal ini diungkapkan langsung oleh kerabat dr. Richard Lee, Hans Pranata melalui akun Instagram pribadinya @11ans.3gp. Dalam Instagram story yang diunggah, Hans mengungkapkan, ayah Farel Aditya memberikan ucapan ulang tahun kepada putranya itu.
Ia mengunggah tangkapan layar sang ayah yang memberikan ucapan ulang tahun kepada Farel Aditya. Padahal, dalam cerita Farel Aditya, ia ditelantarkan kedua orang tuanya sejak dini. Oleh sebab itu, menurut Hans Pranata, pernyataan Farel Aditya adalah bohong.
"Loh katanya nggak dianggap anak sejak dini? Bapaknya masih ngucapin ultah 3 tahun lalu (2020) loh gimana ini yang sebenarnya? Yang nggak anggap sebenarnya siapa? Jangan gitu loh durhaka," tulis akun @11ans.3gp yang mengunggah bukti tersebut, Senin (14/8/2023).
Baca Juga: Farel Aditya Diduga Bohong Soal Ditagih Utang Tetangga, Sengaja Tipu Dokter Richard Lee?
Tidak hanya itu, Farel Aditya juga disebut pernah mendapatkan hadiah handphone dari ibunya. Ia terlihat melakukan mirror selfie dengan handphone tersebut dengan keterangan “Thanks buat HP nya mom”.
Hal ini lantas menjadi sorotan warganet. Dalam tangkapan layar unggahan Hans Pranata yang diposting kembali di Tiktok @puchabooo3, warganet menyebut Farel Aditya membahas cerita sedih hanya demi mendapat perhatian orang lain.
“Kayaknya dia pengen viral, butuh empati orang, makannya dia jual kesedihan di sosmed,” tulis salah seorang warganet di kolom komentar.
“Speechless, jadi ceritanya bohong apa gimana?” komentar warganet lainnya.
“Kena prank se-Indonesia ini mah,” sahut warganet lainnya.
Baca Juga: Apa Arti Playing Victim? Mentalitas yang Dituduhkan Warganet ke Farel Aditya
Melansir laman Indian Express, Psikolog Radhika Acharya mengatakan, beberapa orang memang kerap menjual cerita sedih untuk mendapat simpati dan perhatian dari orang lain. Biasanya mereka akan membagikan kisah sedih agar orang lain bersimpati kepadanya.
Di sisi lain, alasan mereka menjual kesedihan ini karena adanya perasaan iri karena orang-orang mungkin mendapat perhatian lebih di media sosial. Oleh sebab itu, mereka menginginkan hal yang sama.
Meski demikian, alasan seseorang melakukan hal ini bisa jadi karena berbagai faktor. Misalnya, orang tersebut kurang mendapatkan perhatian dari orang tuanya saat kecil. Selain itu, hubungan keluarga yang tidak harmonis bisa juga jadi penyebab. Bahkan, rasa kesepian dapat menjadi faktor mereka menceritakan kisah sedih agar bisa diperhatikan.
Psikolog Klinis lainnya, Baijesh Ramesh menegaskan, ketika mereka membagikan cerita sedih ini juga bukan berarti tidak benar terjadi. Pasalnya, ada orang yang memang benar merasa kesepian sehingga ia mengekspresikannya dengan cerita sedih itu.
Namun, ada juga yang memang hanya ingin mencari perhatian demi mendapat validasi dari orang lain. Mereka memanfaatkan kisah sedih tersebut agar orang lain merasa simpati dan memberikan perhatian untuknya. Oleh karena itu, hal ini kembali lagi dengan motif yang dimiliki orang tersebut.