Suara.com - Dokter Spesialis Kulit, Kelamin dan Estetik, dr. Arini Astasari Widodo, SM, SpKK akui polusi udara di Jakarta bisa memperburuk jerawat. Ini karena partikel polusi udara yang berukuran kecil bisa menyumbat pori-pori kulit.
Polusi udara berbahaya masuk dalam kategori PM 10 adalah partikel udara berukuran 10 mikrometer atau lebih kecil, polusi ini sering ditemukan pada debu dan asap. Ada juga yang tidak kalah berbahaya yakni polusi udara PM 2.5 yakni partikel berukuran 2,5 mikron alias mikrometer.
Kedua partikel ini disebut berbahaya, karena berukuran lebih kecil dari diameter rambut manusia yang berukuran 50 hingga 70 mikrometer.
"Polusi udara yang meningkat di Jakarta saat ini dapat mempermudah timbulnya jerawat. Jerawat dapat berhubungan dengan polusi udara karena partikel-partikel polusi dapat menyumbat pori-pori kulit, menyebabkan peradangan, dan mengganggu keseimbangan minyak di kulit," ujar dr. Arini kepada suara.com saat dihubungi, Selasa (15/8/2023).
Baca Juga: Imbas Kualitas Udara Buruk, KLHK Minta Pemprov DKI Larang Penggunaan Pertalite
Di saat polusi udara masuk kategori bahaya ini maka harus lebih ekstra menjaga kebersihan kulit, termasuk menggunakan produk perawatan kulit untuk mengatasi masalah jerawat.
Jerawat adalah gangguan kulit yang disebabkan beberapa faktor, seperti genetika, fluktuasi hormonal, produksi sebum, bakteri, peradangan, dan pengaruh lingkungan.
Sehingga kata dr. Arini, polusi udara jadi salah satu faktor lingkungan penyebab jerawat. Ditambah polusi udara ini menciptakan radikal bebas, salah satu faktor lingkungan yang mendapat perhatian dalam beberapa tahun terakhir adalah polusi, khususnya perannya dalam menghasilkan radikal bebas.
Radikal bebas adalah molekul yang sangat reaktif dan bisa menyebabkan kerusakan atau kematian sel alias penuaan. Inilah sebabnya untuk melawan radikal bebas diperlukan antioksidan.
"Mereka dapat menyebabkan stres oksidatif, merusak sel-sel dan jaringan dengan mencuri elektron dari molekul-molekul lain yang berusaha menstabilkan diri. Stres oksidatif ini dapat menyebabkan peradangan dan berkontribusi pada berbagai masalah kulit, termasuk jerawat," papar dr. Arini.
Baca Juga: Polusi Udara dan Cuaca Ekstrem Buruk Bagi Kesehatan Kulit, Pakar Kasih Tips untuk Mencegahnya
Dokter alumni Harvard Medical School ini menambahkan, akibat polusi yang menempel di pori-pori kulit, khususnya penyumbatan folikel rambut dan kelenjar sebaceous, maka bisa menyebabkan peningkatan produksi sebum.
Produksi sebum yang berlebihan ini menciptakan lingkungan ideal bagi pertumbuhan cutibacterium acnes, yakni bakteri yang bertanggung jawab atas perkembangan jerawat inflamasi.
"Stres oksidatif yang disebabkan oleh radikal bebas ini akhirnya menyebabkan peradangan kulit. Selanjutnya peradangan bisa dapat memperburuk lesi jerawat yang sudah ada, dan mendorong pembentukan lesi baru. Peradangan juga berkontribusi pada perkembangan kemerahan, pembengkakan, dan ketidaknyamanan yang umumnya terkait dengan jerawat," pungkas dr. Arini.