Suara.com - Merayakan Hari Kemerdekaan RI ke 78 pada 17 Agustus 2023 tidak melulu dengan perlombaan, tapi bisa dengan mengecek kondisi keuangan. Bisa loh menetapkan target merdeka finansial saat HUT-RI, gimana caranya ya?
Head of Sequis Digital Channel, Antonius Tan mengatakan banyak pekerja baru yang masih menggebu-gebu dan syok saat mendapatkan gaji, tapi belum bisa mengelola keuangan. Bisa loh karyawan pemula merdeka finansial sejak dini
Berikut ini cara-caranya mengutip rilis Sequis, Sabtu (12/8/2023):
1. Rutin Menabung
Baca Juga: Superindo Beri Promo Melimpah dan Banyak Diskon, Cek Produknya di Sini
Kunci pertama dari perencanaan keuangan pribadi adalah menabung. Berapapun gaji yang Anda miliki pastikan tetap memprioritaskan menabung. Jika melakukannya secara rutin, nantinya akan sayang menghabiskan uang dengan cepat hanya demi membeli barang yang bukan kebutuhan.
“Perhitungan yang mudah adalah menentukan rasio tabungan. Setidaknya lebih dari 20% per bulan saya sisihkan untuk menabung. Jika ternyata ada sisa dari gaji dalam bulan tersebut atau mendapatkan bonus dan THR maka saya niatkan meningkatkan rasio tabungan lebih lagi," ujar Antonius.
"Jika bagi Anda rasio tersebut masih tinggi, tidak masalah dikecilkan lagi, tetapi tambahkan waktunya misalnya per hari atau per minggu. Seiring naiknya gaji dan keuangan lebih stabil maka bisa tingkatkan rasio tabungan tersebut, ” sambungnya.
2. Punya Usaha Pendapatan Pasif
Saat usia masih muda dan produktif sangat baik jika menambah ilmu, pengalaman, dan jejaring pertemanan. Salah satu hal baik yang dapat dilakukan anak muda atau pekerja pemula adalah mulai memikirkan cara mendapatkan pendapatan pasif (passive income).
Baca Juga: Banjir Diskon hingga 70 Persen, Begini Serunya Kampanye LOKAL LOKAL
“Pada zaman modern ini, banyak cara mendapatkan passive income, seperti membuat dan memonetisasi blog, menjadi YouTuber atau influencer, menulis eBook, melakukan investasi, beli properti kemudian disewakan, dan lainnya. Jadi, tidak ada alasan untuk kita tidak bekerja giat membangun masa depan,” sebut Anton.
3. Mampir Kelola Utang
Jika sanggup membayar tunai akan lebih baik. Jika harus mengajukan pinjaman sebaiknya untuk keperluan utang produktif dan ajukan pinjaman hanya ke lembaga resmi seperti bank, koperasi resmi, atau pegadaian.
Utang produktif salah satunya adalah mengajukan KPR karena harga rumah akan terus naik atau meminjam kredit usaha dari bank untuk mengembangkan bisnis atau yang dapat menambah aset atau pendapatan di masa depan.
Sedangkan utang konsumtif dan perlu dihindari adalah utang untuk membeli ponsel mahal, pakaian bermerek, atau mobil mewah sebab akan ada penurunan nilai.
Sebagai catatan tambahan, ada kemungkinan pekerja pemula memutuskan berhenti dari tempat kerjanya saat ini atau tidak diteruskan kontrak kerjanya, jika memiliki utang dengan nilai tinggi maka dapat mengalami risiko bangkrut dan akan semakin skeptis meraih kemerdekaan finansial.
4. Menabung Dana Darurat
Dana darurat adalah dasar dalam perencanaan keuangan yang bertujuan menjadi jaring pengaman saat darurat. Selain menabung, hal lain yang perlu dilakukan sebagai pekerja pemula adalah belajar menyiapkan dana darurat.
Dana darurat ini idealnya sejumlah 6 kali pengeluaran bulanan kita saat ini. Namun bisa pergunakan target awal 2-3 bulan pengeluaran bulanan dahulu sebagai awalan.
"Jika dana darurat tidak terpakai bukan berarti bisa dipakai, saya tetap tingkatkan jumlahnya karena kita tidak pernah tahu kapan kondisi darurat terjadi,” sebut Antonius.
5. Punya Asuransi Sejak Muda
Selain dana darurat, para pekerja pemula juga dianjurkan Antonius untuk melengkapi diri dengan asuransi jiwa dan asuransi kesehatan untuk melindungi finansial dari risiko kesulitan ekonomi, yang mungkin harus ditanggung diri sendiri dan keluarga jika terjadi sakit kritis, cacat tetap dan total hingga meninggal dunia.
Cara menyisihkan asuransi dengan mulai menyisihkan 10% dari seluruh pendapatan bulanan untuk melindungi diri dengan asuransi jiwa dan kesehatan.
“Mengeluhkan tidak cukup uang untuk membeli asuransi karena pendapatan bulanan yang kecil, sehingga menunda untuk berasuransi sampai waktu yang belum bisa dipastikan, sama saja meningkatkan risiko kerugian karena umur terus bertambah, dan ada risiko terserang penyakit kritis yang menyebabkan ditolaknya pengajuan asuransi oleh perusahaan asuransi," pungkas Antonius