Suara.com - Kesetaraan gender masih jadi satu hal yang diperjuangkan di Indonesia. Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlingungan Anak (KemenPPPA) menekankan bahwa perempuan juga layak mendapat kesejahteraan yang sama dengan laki-laki.
Salah satu cara mewujudkan kesetaraan gender dengan diberikannya hak pendidikan juga kesempatan berkarir yang sama antara laki-laki juga perempuan. Staf Ahli Menteri Bidang Penanggulangan Kemiskinan Titi Eko Rahayu mengungkapkan bahwa perempuan berpendidikan yang berhasil tamat sekolah sampai minimal
"Semakin tinggi pendidikan perempuan akan makin cari eksistensi dengan bekerja. Perempuan di atas 15 tahun ada 41,7 persen sudah lulus SMA ke atas. Tapi yang hanya lulusan SD juga banyak 41,3 persen. Baru 38 persen yang bekerja di profesi formal. Dan lebih dari 50 persen atau sekitar 37 juta perempuan itu bekerja sebagai pelaku UMKM, ungkap Staf Ahli Menteri Bidang Penanggulangan Kemiskinan Titi Eko Rahayu.
Data Badan Pusat Statistik (BPS) pada Maret 2022 juga tercatat kalau jumlah perempuan di bawah garis kemiskinan lebih banyak dibandingkan laki-laki. Jumlahnya 9,6 persen dan laki-laki miskin sebanyak 9,4 persen.
Menurut Titi, perlu adanya sosialisasi dari berbagai pihak terutama tokoh agama di lingkungan yang dinilai bisa langsung dekat dengan masyarakat. Sosialisasi tersebut berupa pemahaman kalau perempuan punya hak yang sama untuk belajar, bekerja, hingga berkegiatan sosial seperti laki-laki.
"Sosialisasi tentang kesetaraan gender terus didengungkan. Kami pilih kelompok besar, seperti ulama. Apalagi kalau yang bicara ulama perempuan," kata Titi.
Diakui Titi bahwa faktor belum terwujudkan keteraan gender terhadap perempuan juga akibat masih adanya budaya patriarki hingga penafsiran ajaran agama yang keliru.
"Sehingga perjuangan untuk mewujudkan kesetaraan gender jadi hal yang luar biasa," imbuhnya.
Dilihat dari dimensi indeks pembangunan gender, Titi mengungkapkan kalau perempuan paling tertinggal dari sisi ekonomi. Sedangkan untuk dimensi lain, seperti kesehatan dan pendidikan, ia mengatakan kalau keduanya sudah lebih baik.
Baca Juga: Kahiyang Ayu Tampil Anggun Kenakan Busana Adat Batak, Sepatu Mewah Belasan Jutanya Bikin Salah Fokus
Tapi dari lima dimensi utk indeks pembangunan gender memang dari sisi ekonomi masih peningkatan lambat tp kalau dari sisi kesehatan dan pendidikan bagus.
Tertiggalnya perempuan dalam sektor ekonomi membuat kesejahteraan kaum hawa tersebut belum baik. Titi mengatakan, salah satu yang terlihat jelas dari tertinggalkan perempuan secara ekonomi terlihat dari upah kerjanya yang hanya 78 persen dari pada upah laki-laki.
"Upah kecil akan pengaruhi kesejahteraan juga," pungkasnya.