Pemeriksaan tubuh ini, tutur Laksmi, dilakukan agar bila ditemukan luka, ada upaya perawatan atau penanganan yang bisa dilakukan atau bahasanya “dipercantik”. Body checking juga dilakukan untuk melihat kalau kontestan mempunyai tato.
Laksmi sendiri menyayangkan kasus pelecehan yang terjadi tahun ini, serta dampaknya untuk dunia kecantikan Indonesia.
Sama halnya dengan apa yang dijelaskan oleh Laksmi, beberapa mantan finalis Puteri Indonesia yang juga pernah menjalani proses body checking pada tahun-tahun sebelumnya juga memberikan pembelaan. Mereka menyebut body checking hanya dilakukan oleh juri perempuan.
Jika pun ada bagian tubuh yang memiliki bekas luka dan butuh difoto, tentu yang difoto harus bagian spesifik tersebut dan tanpa wajah.
Salah satu keperluannya yaitu untuk menentukan jenis busana yang hendak digunakan oleh kontestan. Contohnya busana yang dibutuhkan harus menutupi bekas luka yang dimiliki.
Sementara itu, Yayasan Puteri Indonesia menegaskan tidak terlibat dalam penyelenggaraan Miss Universe Indonesia.
Pasalnya, selebriti Thailand dan advokat hak transgender, Jakapong “Anne” Jakrajutatip, telah membeli organisasi Miss Universe pada tahun lalu seharga 31 juta dollar AS, atau setara dengan Rp 470,58 miliar.
Kontributor : Syifa Khoerunnisa
Baca Juga: Ivan Gunawan Ungkap Fakta Mengerikan di Balik Body Checking Miss Universe Indonesia