Suara.com - Anak di Indonesia masih kerap berada dalam situasi tidak aman saat berada di sekolah, baik oleh ancaman bencana atau kekerasan. Data Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (PPPA), kasus kekerasan anak melonjak cukup tinggi di 2022 hingga mencapai 4.683 aduan masuk sepanjang 2022.
Berbagai kekerasan tersebut tak hanya secara fisik, tapi juga psikis, seksual, penelantaran, perdagangan orang, hingga eksploitasi. Sementara itu menurut data Kemendikbudristek tahun 2019, tercatat sebanyak 52.902 sekolah berada di wilayah rawan gempa, 54.080 di wilayah rawan banjir, dan 15.597 berada di wilayah rawan longsor di Indonesia.
Sementara itu, berdasarkan Indeks Risiko Bencana Indonesia (IRBI) 2022, Provinsi DI Yogyakarta dan Bali memiliki indeks risiko bencana dengan tingkat sedang, yaitu DI Yogyakarta sebesar 119,56 dan Bali sebesar 123,98.
Tingginya risiko bencana di kedua wilayah tersebut mengakibatkan potensi dampak kerusakan bagi sekolah, tidak hanya terhadap infrastruktur bangunan dan akses, namun juga para pelaku pendidikan seperti pelajar dan guru, yang berpotensi meningkatkan kesenjangan kualitas dan daya saing sumber daya manusia.
Dari situasi tersebut, PT Prudential Life Assurance (Prudential Indonesia) peluncuran dan implementasi Modul Satuan Pendidikan Aman Bencana (SPAB) Komprehensif, bekerja sama dengan Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek), Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), dan Yayasan Plan International indonesia (Plan Indonesia).
Chief Human Resources & Community Investment Officer Prudential Syariah Indonesia, Indrijati Rahayoe, mengatakan peluncuran Modul SPAB Komprehensif ini merupakan salah satu implementasi dari Program Safe School, yang bertujuan untuk mendorong peningkatan kapasitas sekolah di Indonesia menjadi Sekolah Tangguh terhadap bencana.
Modul ini sekaligus mempersiapkan satuan pendidikan termasuk pelajar dan guru dalam menghadapi berbagai ancaman bencana, baik bencana alam dan iklim, ancaman kegagalan teknologi, ancaman bahaya biologis dan kesehatan, ancaman konflik dan kekerasan, hingga ancaman isu sosial seperti perundungan, kekerasan seksual, hingga ketidaksetaraan gender.
“Kami percaya bahwa anak-anak muda Indonesia yang tangguh perlu dimulai dari sekolah yang tangguh. Para pelajar dan guru perlu menjalani proses belajar mengajar dengan nyaman, aman, dan terlindungi, sekaligus mempersiapkan diri dari potensi bencana yang ada. Kami melihat implementasi Modul SPAB ini sebagai investasi jangka panjang yang strategis bagi kemajuan bangsa, karena turut mempersiapkan para pelajar dan guru dalam menghadapi berbagai ketidakpastian dengan lebih baik," ujar Indrijati.
Sementara itu, Direktur Prudence Foundation Nicole Ngeow, menyebutkan bahwa pembangunan sumber daya manusia yang baik dan berdaya saing tinggi perlu didukung dengan lingkungan yang positif dan aman.
Baca Juga: Tekan Angka Stunting, Ini Pentingnya Rumah Sakit Punya Integrated Child Center
“Keselamatan dan keamanan adalah kunci untuk memastikan proses belajar mengajar berlangsung baik. Untuk itu, para pelajar dan guru perlu dibekali dengan cara-cara yang efektif untuk menanggulangi terjadinya bencana dan kekerasan pada anak yang dapat menghambat proses pengembangan diri mereka. Kami bangga dapat turut mendukung implementasi SPAB ini, dengan harapan semakin banyak pelajar dan guru Indonesia yang tangguh dan aman, bahkan dalam keadaan darurat sekalipun.”
Tenaga Ahli Seknas SPAB Kemendikbudristek RI, Jamjam Muzaki, juga mengungkapkan, untuk mendukung pemerintah dalam memaksimalkan aksi prefentif bencana dan kekerasan pada anak di sekolah. Modul ini akan didistribusikan ke seluruh Indonesia melalui Badan Penanggulangan Bencana Daerah dan Dinas Pendidikan Pemuda dan Olahraga Provinsi dan Kabupaten/Kota. Selain itu, untuk menjangkau semua sekitar lima juta tenaga pendidik, modul ini akan diadaptasi dalam bentuk video pembelajaran yang akan dimuat pada platform Merdeka Mengajar yang dikembangkan pemerintah.