Suara.com - Komoditas kelapa menjadi unggulan kedua setelah sawit. Nilai ekonominya mencapai Rp30 triliun. Produk turunannya terus dikembangkan dan didorong agar mampu berorientasi ekspor.
Salah satu pelaku yang terus mengembangkan produk turunan kelapa ialah PT Pulau Sambu, atau yang lebih dikenal dengan merek Kara. Dalam kunjungan ke redaksi Suara.com, Corporate Communication Manager, Dwianto Arif mengatakan bahwa Kara dan petani kelapa menjadi kesatuan yang tak dapat dipisahkan.
"Lebih dari 90% dari total bahan baku yang dibutuhkan setiap harinya berasal dari petani kelapa. Hal ini telah memberikan dampak positif terhadap kesejahteraan para petani kelapa yang bekerja sama dengan kami," ujar Arif, Jumat, (4/8/2023).
Arif menjelaskan, bahwa salah satu prinsip yang mereka pegang teguh ialah untuk selalu memberikan yang terbaik untuk kesejahteraan sosial dan ekonomi para petani kelapa dan masyarakat. Ia juga menjelaskan, bahwa hingga saat ini produk turunan kelapa yang diolah oleh mereka telah berhasil diekspor ke 80 negara di dunia.
"Sebagai perusahaan kamu juga termasuk intergerated company. Jadi ada produknya ada bikin santan. Dari satu kelapa itu semua dipakai, sabuknya dipakai, tempurungnya dipakai, air kelapanya dipakai, dagingnya juga dipakai. Jadi benar-benar semua dimanfaatkan dan tidak ada yang terbuang," ujar Arif.
Arif menjelaskan, dalam proses pengolahan kelapa dari hulu hingga ke hilir sangat bergantung pada keberadaan petani kelapa dan masyarakat sekitar sebagai sumber daya manusia. Kelapa dipanen dengan dipetik secara manual oleh para petani. Kelapa kemudian diangkut menggunakan kapal-kapal kayu ke pabrik Sambu Group di Riau.
Selanjutnya, kelapa diproses secara higienis dan terintegrasi untuk menghasilkan berbagai produk olahan kelapa yang berkualitas. Lebih jauh, ia juga berharap bahwa pemerintah bisa memberikan dukungan untuk para pelaku industri kelapa di Indonesia agar bisa lebih bisa bersaing di dunia internasional.