Suara.com - Salat 5 waktu jadi salah satu ibadah yang wajib dilakukan oleh seorang muslim. Tetapi, ketika Nikita Mirzani diketahui rajin lakukan hal tersebut rupanya justru membuat Baim Wong kaget.
Pasalnya, Nikita Mirzani dikenal sering berpakaian seksi juga kerap diterpa berbagai kontroversi. Awalnya, Baim Wong meminta konfirmasi Nikita Mirzani soal kabar bahwa artis yang sedang berkonflik dengan putrinya sendiri itu tak pernah meninggalkan salat.
"Tapi benar nggak sih (salat) 5 waktu? Gue penasaran," tanya Baim Wong kepada Nikita Mirzani, dikutip dari video di kanal YouTube Baim Paula, Kamis (3/8/2023).
Mendengar pertanyaan itu, Nikita Mirzani langsung membenarkannya.
Baca Juga: Pamer Sandal Orang Kaya, Warganet Gagal Fokus ke Tali Bra Pinkan Mambo
"Ya iyalah. Nggak perlu lapor. Masak gue harus lapor? Mau percaya apa nggak itu urusan lo," ujar Nikita Mirzani.
Lebih lanjut ia juga mengatakan, memang tak pernah mau menunjukkan amal baik yang dilakukan di muka publik meski hal tersebut sering membuat banyak orang memiliki pikiran negatif terhadap dirinya.
Benarkah ibadah wajib memang harus disembunyikan dari orang lain?
Dikutip dari situs NU Online, penjelasan mengenai 'pamer' ibadah yang dilakukan sebenarnya tergantung konteks. Sebab, menunjukan ibadah kepada orang lain sebenarnya rentan menjadi tindakan riya yang diharamkan oleh Allah. Ada empat kondisi yang mendasari hal tersebut, di antaranya:
Pertama, seseorang yang sudah mampu menguasai keadaan batinnya, seperti mencegah perbuatan riya’, tidak ada persoalan baginya menampakkan ibadah-ibadahnya, terlebih jika ia juga bermaksud melakukan syiar Islam, atau agar ibadahnya diikuti orang lain. Hal seperti ini masuk akal sebab jika semua orang merahasiakan amal ibadahnya, tentu tidak ada syiar dan juga tidak ada contoh konkrit bagaimana sebuah ibadah diamalkan dengan baik dan benar.
Baca Juga: Terang-terangan Ngaku Gak Butuh Uang dari Nikita Mirzani, Lolly: Males, Nanti ...
Kedua, seseorang yang masih dihinggapi rasa riya’ dalam hatinya, sebaiknya merahasiakan atau tidak menampakkan ibadah-ibadahnya, apalagi jika ia memang tidak ingin menjadi contoh karena, misalnya, menyadari ibadahnya belum bisa ikhlas. Orang seperti ini kalau bersedekah sebaiknya secara rahasia dari pada berisiko dihinggapi rasa riya’. Bagaimanapun riya’ itu sudah pasti berdosa dan akan mengakibatkan ibadahnya tidak diterima oleh Allah SWT.
Ketiga, seseorang yang telah mampu mengendalikan rasa riya’, tetapi ia sendiri tidak menginginkan dirinya menjadi contoh karena sebab-sebab tertentu seperti takut tidak kuat mendapat pujian dari orang lain, orang seperti ini lebih utama tidak menampakkan ibadah-ibadahnya.
Namun demikian orang tersebut sebaiknya secara bertahap belajar melatih diri kuat menerima pujian dari orang lain sehingga pujian sebesar dan sebanyak apapun tidak mempengaruhi keadaan batinnya, seperti manjadi riya’, takabur ataupun ujub. Bagaimanapun dalam masyarakat harus ada orang-orang yang bisa dicontoh atau menjadi teladan dalam kebaikan.
Keempat, seseorang yang masih dihinggapi rasa riya’ tetapi ia menginginkan dirinya dicontoh orang lain dalam ibadahnya, orang seperti ini lebih utama tidak menampakkan ibadah-ibadahnya karena riya’ termasuk dosa besar. Dalam hal ini berlaku prinsip Dar'ul mafasid muqaddamun 'ala jalbil mashalih (Upaya mencegah madharat harus lebih didahulukan dari pada upaya memperoleh kemanfaatan.