Penting juga diketahui kalau air hujan yang sudah diolah elektrolisis ini bisa dikonsumsi untuk masyarakat. Sementara, mereka yang menampung sendiri, tidak bisa dikonsumsi, kecuali harus dimasak terlebih dahulu.
“Nah kami dari UI waktu Jakarta utara kami menggunakan elektrolisis, air hujannya langsung bisa dengan elektrolisis. Kalau nampung sendiri bisa, tapi harus dimasak dulu untuk diminum, enggak bisa langsung begitu saja. Kalau mau langsung ya pakai elektrolisis tadi,” kata Dr. Sari.
Mendukung dari penggunaan alat ini untuk mencegah buang-buang air bersih, Unilever Indonesia dan Sekolah Lingkungan Universitas Indonesia (SIL UI) berkolaborasi membuat program Water Stewardship di lingkungan masjid.
Program ini dibuat untuk memulai kebiasaan menggunakan air dengan lebih bijak. Nantinya, alat ini akan dipasang sehingga pemakaian air bersih menjadi lebih hemat. Misalnya, pada alat yang dipasang di Masjid Istiqlal Jakarta Pusat, air wudhu yang digunakan akan ditampung dan digunakan untuk menyiram tanaman.
Hal ini akan membantu mencegah penggunaan air berlebih. Apalagi, rata-rata jumlah penggunaan air di Masjid Istiqlal sekitar 13.958 liter per hari.
Direktur dan Sekretaris Perusahaan PT Unilever Indonesia, Tbk., Nurdiana Darus menyampaikan, ini menjadi caranya untuk mendaur ulang air sehingga membantu menjaga pasokan air bersih di Indonesia.
“Ini adalah upaya efisiensi daur ulang air, yang diawali dari lingkungan terkecil untuk memberikan manfaat yang lebih luas, kami turut melakukan upaya konservasi dan peningkatan pasokan air bersih di level komunitas, seperti pesantren dan lingkungan masjid,” jelas Nurdiana.
Di sisi lain, Imam Besar Masjid Istiqlal, , Prof. Dr. K.H. Nasaruddin Umar, M.A mengatakan, menjaga air bersih juga menjadi cara yang baik berdasarkan anjuran Rasulullah SAW. Oleh sebab itu, adanya program ini akan sangat membantu untuk tidak membuang-buang air bersih.
“Islam menganjurkan umatnya untuk tidak berlebihan, termasuk dalam memanfaatkan air. Contohnya dalam berwudhu, Rasulullah mengajarkan untuk berwudhu dengan sangat hemat, Tentunya ajaran ini semakin relevan dengan kondisi krisis air bersih seperti sekarang. Oleh karena itu, teladan bijak mengelola dan memanfaatkan air sudah selayaknya bermula dari masjid,” jelas, Prof. Nasaruddin.
Baca Juga: Pacitan Gelar Festival Rawat Jagat 2: Ajak Masyarakat Angkat Budaya dan Peduli Lingkungan