Suara.com - Dalam proses pembuatan karya murah, banyak mural artis kerap mengalami sejumlah tantangan. Salah satunya terkait dengan penggunaan bahan dasar cat.
Seniman Mural, Darbotz mengatakan,penggunaan chat khusus mural memang akan membuat karya yang dibuat akan menjadi lebih hidup dan tahan lama. Pasalnya, ketika cat tersebut diaplikasikan di ruang publik akan terkena hujan, panas, debu yang memengaruhi karyanya.
“Hasilnya ada bedanya, kalau dari thickness kekentalannya beda, dan yang utama itu ketahanannya karena di jalan itu pasti kena hujan, panas, debu, macam-macam. Nah cat khusus mural bisa indoor dan outdoor aman dibanding pakai cat biasa doang,” ucap Darbotz dalam peluncuran buku Crossing The Wall dan Pablo Mural Paints, Senin (31/7/2023).
Sebab pentingnya cat khusus tersebut, Pablo bekerja sama dengan Mowilex dan Pablo Mural Paint. Ini adalah produk limited yang dibuat dengan konsep keresahan yang dialami Darbotz.
Baca Juga: 3 Cafe Unik dan Hits di Bali Langganan Para Selebgram dan Influencer
Di dalamnya terdapat desain pada cat ini terdapat gambar totem yang diartikan sebagai keresahan Darbotz untuk bisa survive hidup di Ibu Kota. Dalam ceritanya, totem tersebut digambarkan sebagai monster yang ada pada diri seseorang untuk bisa menghadapi berbagai masalah di kehidupan kota.
“Sebenernya apa yang gua bikin ini salah satu eksplorasi gua tentang Totem, itu sebenernya karya gua bercerita tentang monster yang kita punya dalam diri kita. Di mana kita harus bisa menghadapi kerasnya kehidupan kota, terutama Jakarta tempat di mana gua tinggal,” jelasnya.
Hal ini menjadi keresahan Darbotz karena memang untuk para seniman mural hingga kini memang belum memiliki lahan khusus untuk membuat karya. Oleh sebab itu, banyak seniman mural yang menggunakan lahan publik untuk membuat karya tanpa izin.
Meski demikian, tidak bisa dipungkiri saat ini beberapa wilayah dinding kosong yang di perumahan atau lainnya yang menjadi lahan untuk para seniman berkarya. Biasanya ini diperbolehkan selama berbicara kepada pemilik dinding tersebut.
“Karena memang begitu, jalanan kan punya umum, enggak semua tempat yang kita gambar itu bisa digambar. Sebenernya salah satu khusus tempat yang bisa berkali-kali enggak ada sih. Tapi sebenernya gini di Indonesia, semua bisa dibicarakan, tapi ngomong aja. Tapi saya lihat dari zaman dulu sampe sekarang sudah banyak mural di ruang publik seperti di komplek yang bisa digunakan,” jelasnya.
Baca Juga: Seniman Asal Bali di Balik Palu Unik KTT ASEAN di Labuan Bajo, Ini Sosoknya
Darbotz juga berpesan kepada generasi muda agar bisa terus semangat berkarya. Menurutnya, hal penting yang dilakukan generasi muda yaitu dengan menyukai hal yang disuka. Ini akan menjadi hal penting karena ketika melakukannya dengan senang hati, itu pasti menghasilkan sesuatu
“Kalau gua bilang lakuin apa yang lu suka dengan 10 ribu semangat. Kalau apa yang lu lakuin suka itu pasti akan menjadi sesuatu kok. Dan yang terpenting adalah diri sendiri, kalau happy dengan apa yang dilakukan, pasti akan ada sesuatu, jujur pada diri sendiri,” ujarnya.
Sebab perjuangan menjalani kesukaannya melakukan mural ini, nama Darbotz termasuk ke dalam 20 seniman yang ada pada buku Crossing The Wall. Buku ini menceritakan mengenai para seniman mural jalanan dengan karyanya masing-masing.
Nama-nama seniman yang ada dalam buku ini di antaranya Anagard, Apotik Komik, Andy Rharharha, Bayu Widodo, Bujangan Urban, Darbotz, Eko Nugroho, Emus Larmawata, Farid Stevy, Farhan Siki, Geger Boyo, Komunitas Pojok, Media Legal, Marishka Sukarna, Popok Tri Wahyudi, Sinta Tantra, Stereoflow, The Popo, Taring Padi, dan Wild Drawing.
CEO PT Mowilex Indonesia, Niko Safavi mengatakan, adanya pembuatan buku ini juga sebagai penghargaan kepada para seniman mural. Hal ini juga bisa menjadi contoh kepada para seniman mural jalanan lainnya kalau dengan karya tersebut mereka mampu menjadi sosok yang besar.
“Sebagai penghargaan, kami berkolaborasi dengan KPG membukukan perjalanan karier 20 seniman dan komunitas mural yang merupakan contoh dari ribuat muralis lainnya,” jelasnya.