Kabar Duka, 1.324 Hektar Hutan Suaka Margasatwa Rawa Singkil Hilang karena Banjir Datang Bertubi-tubi

Jum'at, 28 Juli 2023 | 17:05 WIB
Kabar Duka, 1.324 Hektar Hutan Suaka Margasatwa Rawa Singkil Hilang karena Banjir Datang Bertubi-tubi
Sejumlah aktivis lingkungan dari Yayasan Hutan Alam dan Konservasi Aceh (HAkA) menunjukkan lokasi perambahan kawasan Suaka Margasatwa Rawa Singkil di Desa Lhok Raya, Trumon Tengah, Aceh Selatan, Aceh, Minggu (24/10/2021). [ANTARA FOTO/Syifa Yulinnas]
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Kabar duka datang dari Aceh, karena Suaka Margasatwa Rawa Singkil kehilangan ribuan hektar hutan setara lima kali luar Kompleks Gelora Bung Karno (GBK) Jakarta, hingga membuat bencana alam datang bertubi-tubi.

Dikatakan Manager Geographic Information System Yayasan Hutan, Alam dan Lingkungan Aceh (HAkA), Lukmanul Hakim mengatakan deforestasi atau hilangnya hutan di Rawa Singkil ini terus terjadi hingga menyebabkan banjir di kawasan konservasi tersebut.

"Siklus hidrologi yang terganggu berpotensi meningkatkan frekuensi kejadian bencana banjir dan kekeringan. Jika Hutan Rawa Singkil yang menjadi habitat alami orangutan dan satwa-satwa penting lainnya juga terus dirusak, berpotensi menimbulkan konflik antara satwa dan manusia," ujar Lukman melalui diskusi kampanye penyelamatan Rawa Singkil melalui keterangan yang diterima suara.com, Rabu (26/7/2023).

Konflik satwa dan manusia karena hilangnya hutan ini diyakini Lukman, akan berdampak langsung terhadap masyarakat Trumon dan pemukiman desa sekitar Rawa Singkil. Apalagi jumlah lahan hutan yang hilang tak main-main, mencapai 1.324 hekter.

Baca Juga: Tidak Kooperatif, Penebang Hutan Mangrove di Pesisir Bandar Lampung Ditangkap di Banten

Jumlah lahan hutan Suaka Margasatwa ini hilang dalam lima tahun terakhir terhitung sejak awal 2019 hingga Juni 2023. Area hutan ini berganti jadi perkebunan kelapa sawit, yang seharusnya jadi habitat satwa langka seperti orangutan dan hewan lainnya yang berfungsi menjaga keseimbangan alam.

Mirisnya lagi kata Lukman, emisi karbon yang keluar dari rawa gambut ini jauh lebih besar dibanding hutan di lahan mineral. Ini karena lahan gambut mampu menyerap karbon, sehingga gas rumah kaca bisa tertahan dan tidak merusak atmosfer bumi yang memicu perubahan iklim.

"Ini memicu pemanasan global yang lebih parah. Dalam beberapa tahun terakhir juga semakin seringnya terjadi banjir yang terulang di Desa Cot Bayu dan Lhok Raya yang berada di Rawa Singkil," terang Lukman.

Adapun Suaka Margasatwa Rawa Singkil terletak di Kabupaten Aceh Selatan, Kabupaten, dan Kota Subulussalam. Luas kawasan ini mencapai 82.188 hektar, yang berarti lebih luas dari keseluruhan wilayah Provinsi DKI Jakarta yang hanya 66.123 hektar.

Berdasarkan temukan Yayasan HAkA yang memantau kondisi hutan di Kawasan Ekosistem Leuser yang di dalamnya termasuk Rawa Singkil, ditemukan hanya dalam satu bulan yakni Juni 2023 diduga ada 66 hektar hutan yang hilang di kawasan tersebut.

Baca Juga: Pelestarian Hutan Mangrove dalam Menjaga Kestabilan Ekosistem di Alam

"Total selama Januari hingga Juni 2023, Suaka Margasatwa Rawa Singkil diperkirakan mengalami kehilangan tutupan hutan seluas 372 Hektare atau meningkat 57 persen dibandingkan periode yang sama pada tahun lalu," tambah Lukman.

Lebih jauh, Lukman juga memutar film indepth dokumenter yang berjudul Demi Sawit, karya FJL Aceh yang meliput ke Rawa Singkil. Film sengaja dibuat untuk menunjukan betapa terancamnya salah satu hutan terluas di Indonesia itu, dan potret menunjukan hutan berganti jadi lahan sawit.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI