Kondisi korban yang sering disalahkan ini karena adanya budaya yang sudah melekat di masyarakat. Di Indonesia sendiri masih menganut budaya patriarki yang kuat. Hal ini membuat posisi laki-laki lebih dominan, lebih berpengaruh. Oleh sebab itu para perempuan diposisikan sebagai bawahan atau pihak yang salah.
Oleh sebab itu, ketika terjadi kasus pelecehan seksual, biasanya sosok yang disalahkan ada korban. Bahkan, perkembangan media digital ini membuat korban selalu disudutkan kepada posisi yang salah.
Hal ini yang akhirnya membuat para korban malu untuk bercerita mengenai kasusnya itu. Sementara, dampak dari pelecehan yang dialami akan sulit hilang dan sebabkan trauma berat. Bahkan, mereka mereka menjadi malu dan sulit untuk speak up atas kasusnya itu.