Binaragawan Justin Vicky Meninggal Dunia Alami Patah Leher Saat Angkat Beban, Pertolongan Pertamanya Gimana Sih?

Senin, 24 Juli 2023 | 08:22 WIB
Binaragawan Justin Vicky Meninggal Dunia Alami Patah Leher Saat Angkat Beban, Pertolongan Pertamanya Gimana Sih?
Justyn Vicky (Instagram/@the.paradisebali)
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Kabar duka datang dari binaragawan sekaligus influencer asal Bali, Justyn Vicky yang meninggal dunia usai gagal mengangkat barbel saat sedang olahraga. Akibat dari kegagalan tersebut, Justyn Vicky alami patah tulang leher.

Berdasarkan kronologi, binaragawan asal Bali ini mencoba melakukan squat-press dengan barbel di pundaknya. Barbel yang diangkat Justyn itu memiliki berat 210 kilo. Sementara itu, dalam video yang beredar, Justyn Vicky tidak kuat dan berakhir jatuh dengan posisi besi barbel menekuk bagian leher belakangnya.

Akibatnya, Justyn Vicky alami patah tulang leher dan menyebabkan masalah ke bagian jantung dan paru-parunya. Meski sudah diusahakan ke rumah sakit dan melakukan operasi, Justyn Vicky dinyatakan meninggal dunia.

Masalah patah tulang leher seperti yang dialami Justyn Vicky memang bukan hal yang bisa dianggap remeh. Pasalnya, bagian leher ini adalah sesuatu yang fatal. Apalagi jika tidak melakukan pertolongan dengan segera.

Baca Juga: Ajaib! Perempuan Ini Berhasil Selamat dari Tersedak Cuma Minum Soda, Begini Penjelasannya

Meski demikian, dalam proses pertolongannya juga tidak bisa sembarangan. Mengutip Hello Sehat, ketika alami patah tulang leher, bagian tersebut tidak boleh bergerak atau berpindah kecuali petugas medis yang melakukannya.

Pasalnya, jika bagian tersebut bergerak atau digerakkan oleh orang awam, berisiko sebabkan kerusakan di sumsum tulang belakang.

Cedera patah tulang leher ini juga bisa terjadi bersamaan dengan kondisi lainnya, seperti patah tulang belakang. Oleh sebab itu, untuk memindahkan orang dengan patah tulang leher juga tidak bisa sembarangan. Bahkan dibutuhkan alat penyangga agar tidak terjadi kesalahan.

Untuk pengobatan yang dialami biasanya terdiri dari berbagai cara. Kondisi ini biasanya tergantung dengan keparahan patah tulang, jenis fraktur, cedera yang dialami, usia, dan kondisi lainnya. Beberapa pengobatan yang bisa dilakukan di antaranya:

Obat-obatan

Baca Juga: Air Kelapa Tidak Selalu Bisa Jadi Penawar Racun Zat Kimia, Begini Tips Pertolongan Pertama yang Bisa Dilakukan

Patah tulang leher akan memberikan rasa nyeri yang luar biasa. Nantinya dokter akan memberikan obat untuk meredakan rasa nyeri yang muncul tersebut.

Cervical collar atau neck brace

Cervical collar atau neck brace merupakan alat penjepit atau penyangga seperti kerah untuk mencegah pergerakan pada leher selama masa penyembuhan tulang yang patah. Alat ini biasanya akan dipasang selama proses penyembuhan berlangsung.

Penggunaan alat ini juga lebih digunakan pada mereka yang alami cedera tidak parah. Setelah kurang lebih 6-8 minggu, alat ini dilepas hingga tulang benar-benar sembuh total.

Gips, halo vest, atau traksi

Jika kondisi cedera cukup parah, pasien biasanya akan diberikan alat yang lebih kaku seperti halo (halo vest), traksi, gips patah. Alat ini akan membantu leher untuk bergerak sehingga mempercepat proses penyembuhan.

Operasi

Untuk kondisi yang darurat, biasanya usai alami cedera akan dilakukan operasi pembedahan. Kondisi ini dilakukan jika ada tulang yang terlepas atau bergeser jauh dari posisi normalnya. Operasi juga kerap dilakukan untuk mengurangi tekanan pada sumsum tulang belakang akibat patah tulang leher yang terjadi.

Terapi

Jika sudah sembuh, pasien juga tidak langsung dibebaskan begitu salah. Pasien harus menjalankan beberapa rangkaian terapi untuk membantu mengembalikan kekuatan otot leher. Terapi yang dilakukan juga membantu meningkatkan stabilitas otot tulang teleh.

Untuk terapi fisik biasanya berlangsung selama beberapa bulan atau bahkan tahun. Jika kondisinya cukup parah, pasien juga bisa melakukan jenis terapi lain, seperti terapi okupasi atau psikoterapi. Terapi ini dilakukan jika fraktur servikal telah memengaruhi sumsum tulang belakang dan saraf dan menimbulkan kelumpuhan. Oleh sebab itu, terapi dilakukan untuk mengembalikan kondisi menjadi normal.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI