Penghargaan BPOM ke Sederet Perusahaan Dikritik Aktivis Lingkungan, Kenapa?

Bimo Aria Fundrika Suara.Com
Minggu, 23 Juli 2023 | 13:34 WIB
Penghargaan BPOM ke Sederet Perusahaan Dikritik Aktivis Lingkungan, Kenapa?
Ilustrasi sampah plastik menumpuk (shutterstock)
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Pegiat lingkungan dari Ecological Observation and Wetland Conservation (ECOTON) mengkritisi langkah Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) yang  memberikan penghargaan lingkungan kepada perusahaan-perusahaan yang justru menjadi penyampah terbanyak di masyarakat.

Penghargaan ini dinilai tidak merepresentasikan kondisi sebenarnya di lapangan.

Direktur Eksekutif ECOTON, Daru Setyorini mengatakan kriteria yang dibuat BPOM dalam memberikan penghargaan untuk keberlanjutan lingkungan di industri farmasi dan makanan baru-baru ini, tidak melihat pencemaran lingkungan yang ditimbulkan perusahaan-perusahaan penerima award di luar perusahaan mereka.

Dalam hal ini menurutnya, BPOM hanya melihat sejauh mana dari program CSR mereka di lokasi binaan. 

Baca Juga: Redam Jejak Karbon, Bank Mandiri Terbitkan Kartu Debit dan e-Money Ramah Lingkungan

Ilustrasi plastik (freepik.com/freepik)
Ilustrasi plastik (freepik.com/freepik)

Dia menuturkan dari setiap brand audit sampah yang dilakukan ECOTON, sejumlah brand, selalu menjadi top polutan di sungai-sungai di Indonesia. Menurutnya, temuan brand audit  ini sangat kontradiktif dengan penghargaan yang diberikan BPOM tersebut.

“Jadi, kami melihat penghargaan BPOM ini tidak merepresentasikan kondisi sebenarnya di lapangan,” ujarnya.

Meski di dalam internal perusahaan sudah bisa dibilang bagus dari penilaian BPOM karena mereka umumnya mendapatkan PROPER (Public Disclosure Program for Environmental Compliance) Biru dan sertifikasi ISO 14001, tapi kata Daru, BPOM seharusnya lebih holistik lagi dalam penilaiannya.

“BPOM tidak bisa menilainya hanya berdasarkan laporan dari perusahaan, tapi harus melihat juga kondisi eksternal,” tukasnya.

Menurut Daru, dari hasil brand audit sampah yang dilakukan ECOTON, seharusnya BPOM  meminta agar para top polutan plastik di sungai-sungai Indonesia itu tidak menjual lagi produk-produknya dalam kemasan sachet yang menjadi masalah di sungai-sungai.

Baca Juga: Melihat Lebih Dekat Proses Konversi Motor Listrik

“Tapi ini kok malah diberi penghargaan. Sampah-sampah mereka itu kan membuat biaya lingkungan semakin mahal, baik untuk mengumpulkan kembali, dan membersihkan. Termasuk untuk mengolahnya juga sangat rumit karena sachet ini terbuat dari banyak campuran polimer sehingga tidak bisa didaur ulang,” tandasnya.

Dia juga melihat BPOM sama sekali tidak pas dalam pemberian penghargaan di bidang lingkungan ini. Menurutnya, yang lebih pas memberikan penghargaan di bidang lingkungan itu adalah Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK). Karenanya, dia berharap agar BPOM lebih fokus pada keamanan pangan dan kemasan pangan dan obat-obatan.

“BPOM lebih baik fokus untuk mengawasi penggunaan bahan-bahan tambahan makanan seperti pengawet, pewarna, pemanis buatan, yang berpotensi mengganggu kesehatan. Jadi, bukan ke aspek sampah atau lingkungannya,” katanya.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI