Suara.com - Malam satu suro identik dengan tradisi ruwatan dan rebutan gunungan oleh masyarakat suku Jawa. Jadi penasaran tradisi apa sih itu dan darimana asal usulnya?
Dijelaskan Ahli Tradisi Jawa dari Pedukuhan Keceme, Suroso Kemat mengatakan meski identik dengan upacara adat, peringatan malam satunya suro tetap bersandar pada syariat islam, yaitu memohon kepada Allah SWT.
"Dalam makna ruwatan warga masyarakat itu berharap yang pertama adalah salah satunya memohon kepad Allah SWT, agar semua warga masyarakat dijauhkan dari halangan, dijauhkan dari bahaya, dan dijauhkan dari segala penyakit," ujar Suroso melalui kanal YouTube Kisah Tanah Jawa, dikutip suara.com, Kamis (13/7/2023).
Adapun ruwatan adalah sejenis upacara atau tradisi untuk mensucikan diri, rumah ataupun benda pusaka yang hingga kini tetap dilestarikan masyarakat Demak, Jawa Tengah.
Baca Juga: Link Nonton Malam Satu Suro Suzanna 1988 Full Movie HD, Ada di LK21 Rebahin IndoXXI?
Tradisi ini diberlakukan untuk melestarikan ajaran dari Kanjeng Sunan kalijaga, dan digunakan bagi orang yang Nandang Sukerta atau berada dalam dosa.
Umumnya ruwatan dilakukan dengan cara pagelaran wayang, siraman, potong rambut, menanam potongan rambut hingga tirakatan.
"Warga masyarakat percaya kita bertirakat memohon diri kepada Allah SWT," terang Suroso.
Selain ruwatan ada juga tradisi rebutan gunungan sebelum malam satu suro, merupakan simbol rezeki yang diberikan kepada manusia berupa tempat tinggal, pakaian, makanan dan minuman yang patut disyukuri.
"Gunungam itu menyimpulkan di situ setelah mengucapkan rasa syukur kepada Allah SWT, karena semua yang ada di sini diwujudkan dengan gununungam dan periebutkan memberi dengan ikhlas nanti dapat yang lebih," lanjut Suroso.
Baca Juga: 1 Suro 2023 Hari Apa? Mengenal Tradisi Satu Suro Masyarakat Jawa
Menurut kalender Jawa, tahun baru Jawa atau 1 suro 2023 jatuh pada Rabu malam tanggal 19 Juli mendatang. Sedangkan menurut kalender islam 1 Muharram 1445 Hijriah, juga jatuh di hari yang sama yaitu 19 Juli 2023 atau Rabu malam.
Melansir situs Kementerian Agama (Kemenag), satu suro ditetapkan berdasarkan perhitungan tahun pertama yang diawali Rabu Wage atau Aboge. Kata Suro diambil dari Tahun Saka, di kalender Jawa.
Hari yang dianggap sakral yang turun temurun digelar ini bakal diisi dengan kegiatan tradisi suro, berupa saling mengirimkan makanan, untuk menghindari hal yang tidak diinginkan selama sebulan penuh.
Selain itu, pada satu suro, masyarakat suku Jawa khususnya yang beragama Buddha seperti di Desa Prigi, Demak, Jawa Tengah bakal melakukan tradisi punggahan pada saat bulan purnama, bersembayang di Vihara dengan membawa ketan, pasung, apem, pisang, dan tumpeng.