Suara.com - Dokter Boyke blak-blakan sebut hiperseks sebagai penyakit atau gangguan mental. Pertanyaannya, gimana cara mengenali pasangan hiperseks sebelum menikah?
Menurut Dokter Boyke, hiperseks adalah orang yang sangat membutuhkan cinta. Hasilnya ia malah menggantikan kebutuhan cinta itu dengan kebutuhan hubungan intim.
"Sebenarnya dia itu betul-betul membutuhkan cinta. Untuk mengkompensasinya, dia menjadi hyper. Dia menjadikan semua kegiatan-kegiatan dia dihubungkan dengan seks," ujar Dokter Boyke melalui konten TikTok yang dibagikan @boykewomenscare dikutip suara.com, Rabu (21/6/2023).
Hiperseksualitas atau hypersex adalah gangguan yang membuat seseorang mengalami kecanduan seks. Kondisi ini memiliki seksual sangat kuat dan terobsesi pada hal-hal yang berhubungan dengan aktivitas seksual, tidak hanya hubungan seks.
Tak main-main, menurut dokter bernama lengkap Boyke Dian Nugraha menjelaskan seorang hiperseks bisa melakukan hubungan intim 4 hingga 7 kali dalam sehari. Ini karena di dalam pikiran hiperseks, seks adalah segalanya.
Berikut ini cara mengenali tanda pasangan hiperseks sebelum menikah menurut dr. Boyke.
1. Ngajak Menginap
Menginap yang dimaksud Dokter Boyke, yaitu berusaha mengajak pasangannya menginap di hotel atau menginap dengan tujuan melakukan hubungan intim, bahkan meski belum menikah.
"Meskipun dia belum menikah, tapi ke arah-arah itu terus, dan dia itu membuktikan bahwa cinta itu kaitannya dnegan seks," jelas Dokter Boyke.
2. Tidak Pernah Orgasme
Orang dengan hiperseks umumnya tidak bisa orgasme, meski sudah masturbasi atau onani sekalipun. Hasilnya ia selalu merasa tidak cukup dan tidak pernah terpuaskan.
Apalagi bukan hanya lelaki yang bisa hiperseks, perempuan juga bisa mengalaminya yang disebut dengan nymphomania. Tidak jarang lelaki maupun perempuan yang hiperseks kerap 'jajan' di luar.
"Dia nggak pernah dapat orgasme, orgasme multiple dan sebagainya. Oleh karena itu dia cari lagi, di jalanan pun dia cari lagi. Yang penting cowok mau sama dia, berpikir cowok ini bisa memuaskan dia. Jadi di dalam otak pikirannya hanya seks," tutup Boyke.
Mengutip Hello Sehat, hiperseksual bisa menyerang siapa saja tanpa memandang orientasi seksual orang tersebut.
Berdasarkan studi dari Journal of Sex Research, panduan diagnosis resmi untuk gangguan mental (DSM-5) tidak mengelompokan hypersex ke dalam parafilia atau penyimpangan seksual.
Beberapa cara mengatasi hiperseks yaitu dengan berbagai metode pengobatan yang melibatkan konseling, terapi psikologis, dan konsumsi obat-obatan.