Suara.com - Presiden Joko Widodo (Jokowi) hari ini berulang tahun ke-62. Meski telah berstatus sebagai orang nomor 1 di Indonesia, Jokowi rupanya tidak pernah merayakan ulang tahun seumur hidupnya. Bukannya tidak mampu, Jokowi sendiri yang rupanya tidak ingin merayakan momen bertambahnya usia tersebut.
"Saya enggak pernah (merayakan) ulang tahun. Saya orang desa, enggak pernah ulang tahun, sejak lahir sampe sekarang," kata Jokowi saat berkunjung ke Jawa Timur, sehari sebelum ulang tahunnya, Selasa, (20/6/2023).
Jokowi lahir di Surakarta, Jawa Tengah, pada 21 Juni 1961. Ia merupakan anak sulung dari pasangan Widjiatno Notomihardjo dan Sudjiatmi.
Meski tak ada perayaan apa pun, Jokowi ucapkan terima kasih kepada masyarakat yang telah memberikan ucapan selamat kepadanya.
Baca Juga: Kedekatan Jokowi dan Prabowo Menjadi Akan Jadi Sorotan Utama di Pemilu 2024
"Terima kasih yang tak terhingga untuk ucapan selamat, harapan, dan doa-doa dari saudara-saudaraku. Syukur ke hadirat Allah SWT atas karunia kesehatan dan keselamatan untuk kita semua," kata Jokowi lewat postingannya di Instagram.
Jokowi menambahkan kalau momen pertambahan usianya tahun ini akan tetap diisi dengan menjalankan tugas sebagai kepala negara.
"Tahun-tahun yang kita jalani akan lebih berarti apabila diisi dengan menjalankan amanah untuk bersama-sama membawa kemajuan bagi negeri yang kita cintai ini," pungkasnya.
Merayakan ulang tahun menurut ajaran Islam sebenarnya tidak ada aturan pasti, baik dalam al Quran maupun hadits. Tetapi pada dasarnya, kebanyakan literatur keislaman ditulis kebolehan merayakan hari ulang tahun selama dilakukan dengan tujuan bersyukur atas nikmat karunia Allah.
Dikutip dari situs NU Online, rumusan itu juga mengacu pada pendapat yang diutarakan oleh anggota Dewan Majelis Qadha’ Tarim Yaman Al-Habib Muhammad bin Ahmad bin Umar Asy-Syathiri:
Baca Juga: Dorong Roda Ekonomi, Alasan Jokowi Tambah 2 Hari Cuti Bersama Idul Adha 2023
Artinya, “Tradisi hari ulang tahun biasanya disambut dengan suka cita oleh masyarakat dan untuk mengenang hari lahirnya. Adapun bagi seorang muslim hendaknya menjadikan momentum hari kelahiran tersebut sebagai perantara untuk mengevaluasi diri dan melakukan perbandingan antara tahun yang telah lewat dengan tahun berikutnya, apakah dirinya semakin bertambah baik dan meningkat atau justru malah buruk dan menurun? Perayaan ulang tahun seperti ini merupakan praktik yang baik, dan hendaknya hal itu tidak dilakukan karena sekadar ikut-ikutan saja ataupun dilakukan dengan pemborosan".
Sementara itu pakar Tasawuf di Universitas Sultan Muhammad Al-Fatih Turki, Syekh Dr. Yusuf Khathar Muhammad, dalam ensiklopedinya menambahkan keterangan perihal unsur-unsur kemungkaran yang tidak diperkenankan dalam perayaan ulang tahun, seperti campur-baur antara perempuan dan laki-laki, melakukan hal-hal yang dilarang syariat seperti pesta minuman keras, zina dan lain sebagainya.