Psikiater Ungkap Cara Terhindar Punya Suami KDRT, Catat Sebelum Menikah

Selasa, 20 Juni 2023 | 12:35 WIB
Psikiater Ungkap Cara Terhindar Punya Suami KDRT, Catat Sebelum Menikah
Ilustrasi korban KDRT (Freepik)
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Psikiater Jiemi Ardian ungkap cara terhindar punya suami pelaku KDRT atau kekerasan dalam rumah tangga, yang akhirnya bisa memicu kematian istri.

Menurut dr. Jiemi, cara terbaik mencegahnya yaitu dengan memilih pasangan yang memang sudah berubah, tidak lagi berperilaku kasar. Ia tidak menyarankan pilih pasangan yang masih di tahap berjanji akan berubah.

"Hendaknya ketika kita memilih berpasangan, berpasanganlah sama orang yang sudah berubah, bukan orang yang baru mau berubah dan masih melakukan kekerasan ke dia," ujar dr. Jiemi dalam konten edukasinya di akun instagram pribadinya, Senin (19/6/2023).

Dokter Spesialis Kedokteran Jiwa lulusan Universitas Sebelas Maret Surakarta itu membenarkan jika manusia memang sudah berubah jika diberikan kesempatan.

Baca Juga: Harus Menikah dengan Wenny Ariani demi Status Kekey, Citra Kirana Restui Rezky Aditya Poligami?

Ilustrasi KDRT - Suami KDRT Menurut Islam (Pexels)
Ilustrasi KDRT - Suami KDRT Menurut Islam (Pexels)

Tapi pastikan ia sudah benar-benar berubah lebih dulu, baru diberikan kesempatan. Pastikan pelaku sudah benar-benar bisa mengendalikan dirinya.

"Sangat berisiko sekali untuk masuk ke dalam pernikahan, ketika pasangan kita berpotensi melakukan kekerasan yang demikian, dan biasanya dia itu nggak langsung terjadi," papar dr. Jiemi.

Proses KDRT yang kambuh itu, kata dr. Jiemi umumnya memang tidak akan langsung memukul pasangan. Bisa dimulai dari memaki, marah-marah, lalu ke benda, benda lebih besar ke tembok. Lalu, jika tidak reda juga bisa meningkat ke pasangan, dan parahnya bisa semakin sering dan intens/

"Ini biasanya terjadi karena dua hal otak dan emosi, pertama otak yang tidak berpikir saat marah, tapi biasanya jarang terjadi, sehingga kekerasan mungkin terjadi," jelasnya.

Tapi alasan tidak bisa berpikir jernih tidak bisa begitu saja bisa diterima. Karena banyak orang tidak bisa berpikir jernih tapi tidak memukul dan melakukan kekerasan.

Baca Juga: Ari Wibowo Berdalil Perjanjian Pra Nikah Biar Lindungi Harta Inge Anugrah: Yang Kaya Raya Dia Kok

"Saya nggak bisa mikir, tapi saya bisa keluar, ambil napas dulu, melakukan banyak hal sampai kemudian baru bisa saya sadar, emosi (amarah) yang meningkat menurun," tutup dr. Jiemi.

Sehingga dr. Jiemi tidak setuju jika perempuan selalu disalahkan, dengan alasan tidak nurut lalu suami berhak melakukan KDRT. Dengan alasan pernah disakiti, lantas berhak kali untuk menyakiti lebih parah.

"Jadi laki-laki, kalau ada masalah dengan marah, ya udah nemuin profesional. Ini nggak main-main, walaupun awalnya cuma verbal, walaupun awalnya katamnya cuma ke benda. Serius ini nggak main-main," tutup dr. Jiemi.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI