Viral Video Anak Rambut Pirang Pukuli Siswi Pesantren Tanpa Ampun, Kenapa Banyak Anak Lakukan Kekerasan?

Selasa, 20 Juni 2023 | 09:50 WIB
Viral Video Anak Rambut Pirang Pukuli Siswi Pesantren Tanpa Ampun, Kenapa Banyak Anak Lakukan Kekerasan?
Ilustrasi Kekerasan Terhadap Anak (Pexels)
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Baru-baru ini viral video seorang anak berambut pirang yang tampak memukuli beberapa siswi pesantren. Dalam video yang diunggah akun @autentic_media, memperlihatkan anak berambut pirang yang menarik kerudung hingga memukul kepala siswi pesantren itu.

“Anak pirang di Pontianak meresahkan melakukan perundungan kepada beberapa anak salah satunya anak pesantren yang sedang mondok,” tulis dalam caption video yang diunggah Minggu (18/6/2023)

Tidak hanya itu, dalam video lainnya, perempuan rambut pirang ini juga tampak memukul anak lainnya. Bahkan, ia menjambak hingga menendang kepada anak lainnya tersebut. Saat sudah diminta berhenti, anak berambut pirang ini justru tetap melanjutkan aksinya.

Video tersebut langsung menjadi perhatian masyarakat. Pasalnya, apa yang dilakukan anak berambut pirang tersebut sudah keterlaluan.

Baca Juga: Dituding Hamil Duluan, Puput Beri Bantahan: Sudah Pacaran Satu Tahun, Baru Menikah

Beberapa juga heran mengapa anak tersebut melakukan aksi tersebut padahal masih dinilai terlalu kecil. Namun, sebenarnya apa sih yang menjadi penyebab anak melakukan kekerasan?

Psikolog Klinis & Co-Founder Ohana Space, Veronica Adesla, M.Psi., menjelaskan, perilaku anak sendiri sangat berpengaruh pada dua hal, yaitu bawaan dalam diri hingga lingkungan. Hal ini karena anak belajar dari apa yang dilihat, didengar, dan dialami.

“Anak-anak itu proses belajarnya itu dari nurture, artinya mereka belajar dari apa yang mereka lihat, dengar, alami atau faktor lingkungan. Selain itu, sikap anak ini juga dipengaruhi karena nature atau bawaan lahir yang diturunkan orang tuanya,” ungkap Veronica saat dihubungi Suara.com, Senin (19/6/2023).

Menurut Veronica, ketika anak melakukan kekerasan, ini bisa dilihat dari faktor lingkungannya. Mereka biasa menyaksikan orang lain melakukan kekerasan, atau bahkan dirinya sendiri menerima. Tidak hanya itu, anak juga bisa belajar melakukan kekerasan. Hal ini membuat anak melakukan hal serupa.

Kalau di lingkungan sosial apa yang dia lihat dilihat, didengar, atau perlakuan yang diterima dan diajarkan kepada dia akan memengaruhi sikapnya. Bahkan termasuk penggunaan gadget bisa memengaruhi anak lakukan kekerasan,” jelas Veronica.

Baca Juga: Ingin Tampilkan Sosok Virgoun yang Bijaksana, Eva Manurung Akui Siap Pasang Badan untuk Melawan Inara Rusli

“Ketika di sekelilingnya melakukan kekerasan verbal atau fisik, sering marah, bentak atau mukul ini bisa dicontoh olehnya,” sambungnya

Oleh sebab itu, penting bagi orang tua mencegah anak dari berbagai tindakan atau perilaku kekerasan anak. Orang tua harus melakukan pendampingan menggunakan gadget, arahkan hal baik dan buruk kepada anak, serta komunikasi yang terus terjalin.

Jelaskan kepada anak kalau kekerasan merupakan tindakan buruk yang tidak baik dilakukan. Pasalnya, kalau anak melakukan hal itu, akan ada konsekuensi yang harus diterimanya.

Anak itu dalam kondisi yang belum bisa memutuskan mana yang baik dan buruk kalau tidak ada pendampingan dan edukasi orang tua. Maka kita menyerahkan anak dididik gadget yang informasinya enggak jelas. Orang tua harus arahkan apa yang dialami, dilihat,  didengar. Jadi orang tua harus kasih tau nih butuh komunikasi dua arah,” jelas Veronica.

Tidak hanya itu, Veronica menjelaskan, ketIka anak marah, orang tua juga harus bisa arahkan cara mengekspresikan dengan baik. Sampaikan kepada anak, kalau melakukan kekerasan bukan cara baik untuk mengekspresikan marah yang baik.

“Kalau anak marah bukan berarti harus memukul, menjambak, orang tua ajarkan kalau anak harus expresikan marah dengan cara yang lain. Anak bisa tinggalkan situasi hingga suasana menjadi lebih tenang. Ajarkan juga anak untuk selalu cerita kepada orang yang bisa dipercaya atau orang tua dalam masalah yang dihadapinya,” pungkas Veronica.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI