Suara.com - Presiden Joko Widodo (Jokowi) ungkap ada penggunaan anggaran negara khusus untuk penanganan stunting yang tak tepat guna. Jokowi mengatakan ada daerah yang memakai anggaran sampai Rp 10 miliar, tapi lebih dari separuhnya malah dibuat untuk biaya rapat dan kegiatan pengembangan yang tidak jelas.
"Minggu lalu saya cek di APBD dari Mendagri (Menteri Dalam Negeri), saya bilang coba saya mau lihat 10 miliar itu katanya untuk stunting. Ternyata pas dilihat perjalanan dinas Rp 3 miliar, gelar rapat Rp 3 miliar, penguatan pengembangan apa-apa bla bla bla itu sampai Rp 2 miliar,” kata Jokowi saat rapa di Jakarta, Rabu (14/6/2023).
Jokowi inginnya dari jumlah anggaran tersebut seharusnya lebih banyak digunakan untuk belanja makanan bergizi dan tinggi protein seperti telur, ikan, susu, dan sayur. Nantinya sumber makanan itu yang harusnya diberikan kepada anak-anak yang berpotensi maupun sudah stunting.

Stunting memang jadi salah satu permasalahan kesehatan yang difokuskan oleh pemerintahan Jokowi. Apa sebenarnya penyakit stunting sampai membuat presiden begitu fokus untuk mengatasinya?
Berikut 5 fakta tentang stunting di Indonesia:
1. Pengertian dan gejala stunting
Menurut Kemenkes RI, stunting adalah gangguan pertumbuhan dan perkembangan anak akibat kekurangan gizi kronis dan infeksi berulang, yang ditandai dengan panjang atau tinggi badan anak berada di bawah standar.
Gejala stunting bisa terlihat dari pertumbuhan tulang pada anak tertunda, berat badan rendah apabila dibandingkan dengan anak seusianya, berbadan lebih pendek dari anak seusianya, dan proporsi tubuh yang cenderung normal tapi tampak lebih muda atau kecil untuk seusianya.
2. Jumlah anak stunting di Indonesia
Baca Juga: Tinggi Badan Pendek Tak Selalu Efek Stunting, Inilah Beberapa Penyebabnya yang Perlu Diwaspadai
Data Kemenkes per Januari 2023 tercatat kalau angka stunting di Indonesia sebanyak 21,6 persen, turum dari sebelumnya 24,4 persen pada 2021. Namun, Kemenkes ditargetkan untuk bisa menurunkan angka stunting sampai 14 persen pada 2024 nanti.
3. Peringkat dua terbanyak di Asia Tenggara
Jumlah anak yang stunting di Indonesia menjadi kedua terbanyak di Asia Tenggara setelah Timor Leste, berdasarkan laporan Bank Pembangunan Asia pada 2020. Sementara itu, nerdasarkan Riskesdas dari Kemenkes tahun 2018 tercatat kalau Indonesia peringkat kelima di dunia dalam jumlah anak yang stunting.
4. Prioritaskan konsumsi protein
Stunting bisa dicegah sejak anak masih dalam kandungan. Kuncinya, ibu hamil harus sehat dan cukup gizi serta tidak anemia. Setelah bayi lahir juga sangat dianjurkan mendapat ASI ekslusif sampai usia 6 bulan dan mendapatkan makanan tinggi protein selama MPASI.
Ketua Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) dr. Piprim Basarah Yanuarso, Sp.A(K)., menjelaskan bahwa protein hewani sangat diperlukan sebagai bahan baku utama pertumbuhan tulang, otot, saraf, juga seluruh organ pada tubuh anak.
5. 3 Upaya pemerintah turunkan angka stunting
Kemenkes punya 3 strategi untuk mengurangi jumlah anak yang stunting. Upaya itu dilakukan dengan menyasar mulai dari remaja perempuan hingga ibu-ibu hamil dan melahirkan.
Remaja perempuan rutim diberikan makanan bergizi seimbang setiap minggu agar tidak alami anemia. Kemudian ibu hamil juga diberikan makanan bergizi dan tinggi zat besi untuk mencukupi kesehatan tubuhnya dan pertumbuhan janinnya.
Upaya ketiga, dengan pemberian makanan tambahan berupa protein hewani kepada anak usia 6-24 bulan.