Suara.com - Dokter spesialis kulit menyoroti kualitas udara Jakarta jadi yang terburuk di dunia dan nyaris 10 kali lipat tidak sehat dari standar WHO, bisa memperparah jerawat wajah hingga memicu penuaan dini loh.
Fakta ini diungkap langsung Dokter Spesialis Kulit lulusan Harvard University, Arini Astasari Widodo, MS, SpKK. Ia menyebut ada banyak ancaman bahaya kulit setelag menurut IQAir pada 11 Juni 2023, kualitas udara di Jakarta dinyatakan jadi yang terburuk di dunia dengan angka 167.
Angka ini 9,2 kali lipat lebih tinggi dari standar kualitas udara tahunan WHO, dengan temuan konsentrasi PM 2.5 di Jakarta saat ini mencapai 46,1 µg/m³. Konsentrasi partikel PM 2.5 adalah salah satu indikator utama polusi udara.
Berikut ini 5 dampak bahaya polusi udara Jakarta terburuk di dunia pada kulit yang perlu diwaspadai menurut dr. Arini, melalui keterangan yang diterima suara.com, Rabu (14/6/2023).
Baca Juga: Mengenal Profhilo, Treatment yang Mampu Perbaiki Elastisitas Kulit dan Tingkatkan Produksi Kolagen
1. Memicu Iritasi dan Peradangan Kulit
Polusi udara dapat menyebabkan berbagai efek merugikan pada kesehatan kulit. Partikulat zat halus, misalnya, dapat menembus jauh ke dalam kulit, memicu stres oksidatif dan peradangan.
"Partikel-partikel polutan yang terdapat dalam udara dapat menyebabkan masalah kulit seperti peradangan, iritasi, dan munculnya berbagai jenis gangguan kesehatan kulit," jelas dr. Arini.
2. Memperparah Jerawat dan Eksim
Kulit yang terpapar dengan polutan seperti partikel debu, gas buang kendaraan bermotor, dan polutan industri dapat mengalami peningkatan kekeringan, peradangan, dan kepekaan yang mengarah pada munculnya eksaserbasi pada pasien yang telah memiliki riwayat penyakit kulit sebelumnya.
Baca Juga: 5 Manfaat Terapi Ikan untuk Kesehatan, Salah Satunya Mengusir Stres
"Ini karena peningkatan sensitivitas kulit, dan memperburuk kondisi kulit yang sudah ada seperti jerawat, eksim, dan rosacea," ungkap dr. Arini.
3. Menyebabkan Bintik Hitam
Paparan terus-menerus terhadap polusi udara juga dapat menyebabkan peningkatan risiko perubahan pigmentasi kulit, seperti hiperpigmentasi atau peningkatan produksi melanin.
"Hal ini dapat menyebabkan memudahkan timbulnya masalah bintik atau bercak gelap pada kulit yang terpapar secara langsung dengan polutan," jelas dr. Arini.
4. Menyebabkan Penuaan Dini
Paparan polutan seperti hidrokarbon aromatik polisiklik (PAH) dan senyawa organik volatil (VOC) dapat mengganggu fungsi penghalang alami kulit. Hal ini mengompromikan kemampuannya untuk menjaga kelembapan, menyebabkan kulit kering, iritasi, dan penghalang kulit yang terganggu yang rentan terhadap kerusakan lebih lanjut dari faktor eksternal.
"Kualitas udara yang buruk juga berkontribusi pada peningkatan risiko penuaan dini dan kerusakan kulit," jelasnya.
5. Hilangkan Kekencangan Kulit
Polutan udara, seperti partikel halus (PM2.5) dan polutan oksidatif, dapat merusak kolagen dan elastin dalam kulit, menyebabkan keriput, garis halus, dan kehilangan kekencangan kulit.
"Jadi kulit harus dilindungi ekstra seperti rutinitas perawatan kulit yang mencakup membersihkan kulit, melembabkan, dan melindungi kulit dari faktor-faktor di lingkungan. Membersihkan kulit secara teratur, terutama di lingkungan perkotaan, dapat membantu menghilangkan polutan yang terakumulasi pada kulit," tutup dr. Arini.