Suara.com - Aksi tidak biasa dilakukan orangtua TikToker yang pilih lakukan pengusiran setan karena anaknya mengaku sebagai gay.
Peristiwa ini dialami Andrew Hartzler (25) yang dibesarkan di Kansas City, Missouri, lahir dari keluarga penganut agama konservatif yang disebut dengan International House of Prayer.
Saat usia 24 tahun, itulah pertama kalinya, Hartzler memberitahu bahwa dirinya gay. Saat itu pula ia mengirim Hartzler ke kamp konversi anti gay.
"Itu adalah saat-saat tergelap dalam hidup saya. Karena pada dasarnya hanya belajar membenci diri sendiri, seperti belajar menekan dari setengah pikiran yang melelahkan," ungkap Hartzler mengutip Insider, Senin (5/6/2023).
Baca Juga: Ramai Penolakan Konser Coldplay: Orang yang Datang Tidak Langsung Jadi LGBT
Setelah itu Hartzler dibawa ke konselor untuk diterapi tiga kali seminggu. Ia juga didaftarkan ke sekolah konservatif Christian Oral Roberts University di Tulsa, Oklahoma, yang dianggap tidak akan bersama orang gay lainnya.
"Tapi nyatanya ada banyak anak dengan kondisi seperti saya," kata Hartzler.
Hasilnya Hartzler sempat berbohong mengaku sudah menjadi 'straight' atau suka dengan lawan jenis. Sampai akhirnya ia tidak bisa bertahan, dan kembali mengatakan ia sudah berbohong.
Namun Hartzler yang diam-diam memasang kamera pengawas alias CCTV untuk mencegah orangtuanya membuang barang-barang miliknya. Tapi yang didapat, justru orangtuanya memanggil pemuka agama Injil John Jacobs.
Setelahnya Hartzler mengaku tidak heran dengan aksi orangtuanya yang memanggil Jacobs untuk membersihkan kamarnya dari 'setan', dengan anggapan setan inilah yang menyebabkan anaknya menjadi gay.
Baca Juga: Konser Coldplay Ditolak PA 212, Derry Sulaiman: Tidak Akan Tiba-Tiba Jadi LGBT
"Ayah saya mengira masalah identitas saya karena pengaruh setan," ungkap Hartzler.
Jacobs lantas beraksi di kamar Hartzler dan berkata kalimat pengusir setan dan roh jahat.
"Setiap roh jahat pergi sekarang atas nama Tuhan. Sesuatu yang busuk sedang terjadi di lemari ini atas nama tubuh. Setiap kejahatan pergi sekarang atas nama tuhan," ungkap Jacobs lagi.
Seperti diketahui, sebuah studi besar pertama dari jenisnya telah menemukan bahwa orang transgender yang menjalani terapi konversi lebih dari dua kali lebih mungkin untuk mencoba bunuh diri selama hidup mereka daripada rekan mereka yang telah terlibat dalam jenis terapi lain, NBC Laporan berita.
Bagi mereka yang lebih muda dari usia 10 tahun ketika mereka menjalani upaya oleh praktisi untuk menyelaraskan identitas gender mereka dengan jenis kelamin yang ditetapkan saat lahir, risiko relatif percobaan bunuh diri lebih dari empat kali lebih besar.
Studi tersebut, berdasarkan survei tahun 2015 terhadap hampir 28.000 orang transgender, juga menemukan bahwa penyintas terapi konversi 1,5 kali lebih mungkin dibandingkan rekan-rekannya yang menjalani jenis terapi lain untuk mengalami "tekanan psikologis yang parah" pada bulan sebelum survei, para peneliti melaporkan. kemarin di JAMA Psikiatri.
Temuan penting lainnya: Tidak ada perbedaan risiko yang signifikan bagi orang yang dilaporkan menerima terapi konversi dari penasihat agama versus terapis sekuler.