Suara.com - Setelah banjir dukungan setelah diselingkuhi oleh Virgoun, kini beberapa warnet mulai memberikan kritik pedas kepada Inara Rusli. Hal ini karena Inara Rusli dinilai haus akan pujian setelah melepas cadarnya.
Hal ini bermula dari unggahan Inara Rusli dengan sang ibu. Inara Rusli menuliskan kalau dulu ia pernah disebut memiliki kulit sawo matang. Dalam caption tersebut ia juga membuat pertanyaan apakah benar ia memiliki kulit sawo matang atau tidak.
"Meeting sama teman-teman mami. Yuk, kumpul yang bilang dulu aku sawo matang. Emang iya mi?" tulis Inara Rusli dalam unggahan Instagram beberapa waktu lalu.
Akibat dari caption tersebut membuat warganet menilai kalau Inara Rusli membutuhkan validasi. Apalagi, saat ini kulitnya sudah putih dan tidak sawo matang kembali. Oleh sebab itu, Inara Rusli disebut haus akan pujian. Bahkan ada yang membawa-bawa agama.
Baca Juga: Inara Rusli Tak Terima Disebut Kulitnya Sawo Matang, Warganet Sewot: Haus Pujian Sekali
"Makin lama makin ngelunjak kali ini orang ya, jadi haus pujian, kaya enggak terima dibilang sawo matang. Pentingkah itu? @mommy_starla jujur jadi kurang respect deh," komentar salah seorang warganet.
"Iya mbak, kamu memang putih kok kaya orang Korea malah. Tapi kenapa ya kok rasanya yang punya kulit sawo matang kaya enggak banget di mata Mbak Inara, tetap rendah hati ya mba cantik, " tulis warganet lainnya.
"Haus pujian sekali mbak, butuh validasi mungkin ya," sahut akun lainnya.
“Padahal dalam agama enggak boleh loh haus akan pujian,” tulis warganet lainnya.
Terkait haus akan pujian sendiri memang bukanlah hal yang baik. Mengutip Muslim, dalam pandangan Islam, mengharap pujian orang lain ini yang mesti diwaspadai karena dapat merusak amalan yang semula adalah baik.
Baca Juga: Jleb! Inara Rusli Balas Menohok Usai Terus Dibandig-Bandingkan dengan Natasha Rizky
Ibnul Qayyim dalam Al Fawaid mengatakan, “Tidak mungkin dalam hati seseorang menyatu antara ikhlas dan mengharap pujian serta tamak pada sanjungan manusia kecuali bagaikan air dan api.”
Ibnu ‘Atho’ dalam hikam-nya, berkata, “Ketahuilah bahwa manusia biasa memujimu karena itulah yang mereka lihat secara lahir darimu. Seharusnya engkau menjadikan dirimu itu cambuk dari pujian tersebut. Karena ingatlah orang yang paling bodoh adalah yang dirinya itu yakin akan pujian manusia padahal ia yakin akan kekurangan dirinya.”
Tidak hanya itu, Ibnu Mas’ud pernah berkata, “Jika kalian mengetahui ‘aibku, tentu tidak ada dua orang dari kalian yang akan mengikutiku”.
Seorang hamba yang bertakwa tentu merasa dirinya biasa-biasa saja, penuh kekurangan, dan selalu merasa yang lain lebih baik darinya. Jika memiliki sifat mulia seperti ini, maka kita akan tidak gila pujian dan tidak sombong. Yang selalu diharap adalah wajah Allah dan kenikmatan bertemu dengan-Nya. Mengapa kita masih memiliki sifat untuk gila pujian dari manusia? Mengharap ridho Allah tentu lebih nikmat dari segalanya.