Suara.com - Galeri Indonesia Kaya (GIK) bersama Kelompok Sandiwara Miss Tjitjih berkolaborasi dengan Ary Kirana menyuguhkan pertunjukan teater dengan balutan komedi bertajuk “Kuntilanak Mangga Dua” pada Sabtu (3/6/2023).
“Kolaborasi antara Ary Kirana dan Kelompok Sandiwara Miss Tjitjih sore hari ini merupakan salah satu upaya kami untuk mengenalkan serta mengingatkan kembali para penikmat seni dengan kebudayaan Sunda yang dibalut dengan sentuhan komedi. Selain menghibur, keduanya sukses menyampaikan pesan dan nilai-nilai kebudayaan ke hadapan para penikmat seni. Kami harap, pementasan ini dapat menambah wawasan para penikmat seni tentang ragam kebudayaan yang ada di Indonesia,” ujar Renitasari Adrian, Program Director Galeri Indonesia Kaya, dalam keterangan tertulis.
Selama kurang lebih 60 menit, Auditorium Galeri Indonesia Kaya diramaikan dengan suara tawa dari para penikmat seni yang terhibur dengan komedi khas Sunda yang menjadi ciri khas dari Kelompok Sandiwara Miss Tjitjih.
Pertunjukan “Kuntilanak Mangga Dua” seorang pemuda pekerja keras dan jujur bernama Tisna yang berniat untuk membahagiakan sang kekasihnya, Acih.
Setelah menikah, Tisna dan Acih pun pindah ke Jakarta dan menempati sebuah rumah yang ternyata angker. Dalam pertunjukan ini, Ary Kirana mendapatkan kesempatan untuk memerankan sosok Acih.
“Berkolaborasi dengan Kelompok Sandiwara Miss Tjitjih yang sudah malang melintang sejak lama di dunia panggung seni pertunjukan Tanah Air merupakan sebuah pengalaman yang menyenangkan dan cukup menantang. Dalam pertunjukan “Kuntilanak Mangga Dua” ini, saya ditantang menjadi sosok Acih seorang perempuan sunda. Peran ini mengasah kemampuan dalam berimprovisasi tanpa skrip. Semoga kolaborasi kami dapat menghibur dan diterima dengan baik oleh para penikmat seni,” ujar Ary Kirana, penyanyi, presenter dan juga penyiar radio.
Sejarah didirikannya Kelompok Sandiwara Miss Tjitjih berawal dari seorang gadis asli Sumedang, Jawa Barat, yang bernama Tjitjih, bergabung dengan Opera Valencia yang dipimpin oleh Abu Bakar Bafagih pada 1926.
Tjitjih berparas cantik, kreatif, dan penuh disiplin dalam berkesenian. Sebagai wujud penghargaan terhadap kelompok opera tersebut, pada 1928, Opera Valencia diubah menjadi Miss Tjitjih Tonil Gezelschap.
Kelompok opera yang awalnya berbahasa pengantar Melayu ini lantas berubah bahasa pengantar menjadi Sunda.
Baca Juga: Ulasan Buku Sandiwara Kemerdekaan, Hindari Keributan Soal Sandiwara