Suara.com - Prilly Latuconsina belum lama ini kehilangan salah satu anggota keluarganya yang meninggal dunia akibat sakit. Kehilangan tersebut rupanya sempat membuat Prilly merasa terpuruk sampai ia malas untuk mengurus diri sendiri.
Prilly Latuconsina mengaku kalau ia terus merasa sedih selama sepekan. Meski tetap menjalankan aktivitas hariannya, artis 26 tahun itu seolah-olah tidak memiliki energi yang cukup.
"Udah seminggu ini sedih terus karena tanteku yang sakit dan akhirnya harus pergi. Sampe aku juga jadi males urus diri, ke kantor juga gak ada tenaga, gak makeup, gak sisiran. (Siapa yang kalo sedih jadi males urus diri?)," curhat Prilly lewat Instagram story pribadinya, dikutip pada Rabu (31/5/2023).
Pada akhirnya, Prilly sadar kalau dirinya tidak bisa bersedih terus. Pemain sinetron Ganteng-Ganteng Serigala itu mrmaksa dirinya agar tidak ingin kembali sedih dan kembali merawat dirinya dengan memakai skincare.
Baca Juga: Kecanduan Film Porno? Ini 4 Kegiatan agar Kamu Teralihkan pada Hal Positif
"Tapi hari ini gak mau sedih terus, mau lebih semangat jalanin hari. Maro kita skincarean, makeupan, dan pakai baju rapi dan kerja dengan semangat," pungkas Prilly.
Perasaan sedih yang berlebihan memang bisa memengaruhi suasana hati seseorang sampai merasa tidak memiliki cukup energi. Dikutip dari situs Kementerian Kesehatan (Kemenkes) RI, kondisi tersebut bisa jadi salah satu gejala depresi.
Namun, malas mengurus diri selama satu pekan seperti yang dialami Prilly Latuconsina benarkah termasuk gejala depresi?
Depresi termasuk penyakit mental yang ditandai dengan rasa sedih berkepanjangan dan kehilangan minat terhadap kegiatan-kegiatan yang biasanya dilakukan dengan senang hati. Hal itu biasanya terjadi minimal dua minggu.
Menurut Kemenkes, seseorang yang mrngalami depresi juga biasanya bergejala seperti, kehilangan energi, perubahan nafsu makan, gangguan tidur (bisa berlebihan, bisa juga kurang dari lama tidur biasanya), cemas, menurunnya kemampuan berkonsentrasi, ketidakmampuan membuat keputusan, rasa tidak tenang, perasaan tidak berguna, bersalah atau putus asa, dan pikiran-pikiran untuk menyakiti diri sendiri hingga bunuh diri.
Baca Juga: 4 Tips Memberikan Apresiasi Sederhana untuk Anak, Baik Untuk Mental Health
Pada anak-anak, gejala lain adalah menyendiri, menjauhi teman-temannya, rewel atau mudah marah, sering menangis, sulit berkonsentrasi di sekolah, perubahan dalam nafsu makan atau tidur (bisa menjadi berlebihan atau berkurang).
Anak-anak yang usianya lebih muda bisa kehilangan minat bermain. Anak-anak yang lebih besar biasanya melakukan hal beresiko lebih tinggi yang sebelumnya tak berani mereka lakukan.
Sehebat apapun depresinya pasti bisa disembuhkan. Saraf pada otak bersifat elastis dan tidak akan berubah. Artinya, ketika mengalami depresi berat itu dapat disembuhkan kembali. Solusi depresi berat dapat dilakukan dengan berpikir positif karena kondisi di luar tubuh manusia tidak bisa dikontrol, tapi di dalam otak dapat dikontrol.