Suara.com - Menjaga keamanan menjadi faktor penting untuk memastikan penggunaan layanan digital baik secara daring maupun luring. Tidak hanya untuk mengamankan data pribadi yang bersifat rahasia bahkan terkait mengamankan keselamatan jiwa.
Cukup banyak contoh kasus apa yang diposting di media sosial mengancam keselamatan nyawa dan mental. Salah satu yang tengah tren yakni room tour. Tanpa sadar pengguna media sosial mengekspos berbagai sudut tempat mereka tinggal.
“Tanpa riset sendiri para pembobol sudah disediakan setiap detail rumah yang membuat mereka dapat dengan mudah untuk masuk. Tidak jarang juga kasus penculikan akibat berkenalan di media sosial yang berujung dengan pelecehan seksual hingga perdagangan manusia,” ujar UI/UX Designer, Aldiyar yang menjadi narasumber kegiatan literasi digital #makincakapdigital 2023 untuk segmen Pendidikan di DKI Jakarta, Banten dan Sekitarnya dalam keterangannya baru-baru ini.
Menjaga keamanan digital dimulai dari menjaga data pribadi, masih banyak yang kurang menyadari bahwa saat membagikan informasi terlalu personal. Mungkin setelah membagikan data pribadi belum terlihat dampaknya namun jika sudah terhubung dengan akun finansial maka akan sangat berbahaya.
Baca Juga: Dukung Inklusivitas Digital, TelkomGroup Beri Pelatihan TIK bagi Penyandang Disabilitas
Terlebih jika seluruh informasi mengenai diri kita diketahui oleh oknum yang tidak bertanggung jawab. Dia akan mudah menyamar menjadi diri kita kemudian melakukan pemerasan terhadap teman kita atau melakukan transaksi finansial.
Masih banyak amcaman pada identitas digital, selain akibat keteledoran diri sendiri ada juga yang memang sengaja ingin mencuri data pribadi seseorang. Jika kita sudah aman tidak membagikan data pribadi tidak lantas aman begitu saja karena banyak modus pencurian data. Inilah kejahatan digital yang paling banyak dan sering terjadi lantaran sudah mengelabui korban untuk mendapatkan informasi sensitif atau kerap disebut phising.
Pelaku phising melakukan pendekatan rekayasa sosial untuk mengelabui. Seperti menerima pesan singkat melalui aplikasi WhatsApp berasal dari kurir ekspedisi. “Kurir menginformasikan akan ada paket dan melampirkan foto paket padahal itu adalah sebuah file aplikasi yang berisikan malware. Jika dipasang di sebuah perangkat akan mencuri data pada perangkat tersebut, jelas Aldiyar.
Cara rekayasa sosial lain yakni melalui panggilan telepon, sms dan pesan WhatsApp yang mengabarkan hadiah undian tetapi diakhir mereka meminta korban untuk ke ATM untuk transfer tanpa disadari. Modus lain biasanya dengan kerabat ditahan polisi yang artinya akan meminta uang jaminan hanya perlu melakukan transfer uang tanpa datang ke kantor polisi. Hal itu bisa dilakukan para pelaku kejahatan dengan memanfaatkan akun media sosial untuk memata-matai.
Sebagai informasi, Webinar Makin Cakap Digital merupakan salah satu rangkaian kegiatan dalam program Indonesia Makin Cakap Digital yang diinisiasi oleh Kementerian Komunikasi dan Informatika RI (Kemenkominfo) bersama Gerakan Nasional Literasi Digital (GNLD) Siberkreasi.
Baca Juga: Tenang dan Bersikap Kritis, Kunci Hadapi Provokasi di Ruang Digital