Suara.com - Kasus video syur wanita yang mirip dengan artis Rebecca Klopper belakangan menjadi perbincangan warganet. Tak sedikit yang menyayangkan hal tersebut dan mengaitkannya dengan kasus revenge porn atau porno balas dendam yang seringkali melibatkan sejumlah selebriti.
Salah satunya seperti yang diungkap oleh akun Twitter @cinnamongirlc yang prihatin saat begitu banyak wanita justru menikmati video syur wanita lain yang mungkin saat ini sedang berjuang dengan kasus revenge porn.
"Bangsat bener kok bisa sesama perempuan yang jelas jadi sisi paling rentan saat video aktifitas seksualnya kesebar ikut-ikutan minta link buat muasin jiwa haus kalian akan dunia pergosipan artis," ucap akun @cinnamongirlc seperti yang Suara.com kutip pada Selasa (23/5/2023).
Lebih lanjut akun tersebut menulis jika dirinya merasa miris karena begitu banyak orang yang ikut menghakimi hal yang dilakukan oleh dua orang dalam video syur tersebut.
Baca Juga: Musisi Segala Musim! Aldi Taher Buat Lagu Baru Terinspirasi Video Syur Rebecca Klopper
"Sudah berkontribusi dalam penyebaran video sextape orang lain yang mungkin saja kena revenge porn, masih bisa pula menghakimi orang lain. Layak dapat block," ujarnya yang mendapatkan ribuan tanda suka dan retweet di Twitter.
Revenge porn sendiri seperti dikutip Bullyid, adalah praktik mengunggah konten online – khususnya foto dan video – mantan pasangan (atau bahkan pasangan saat ini) tanpa persetujuan mereka.
Foto atau video umumnya diambil selama hubungan intim, terkadang disertai dengan detail pribadi seperti alamat dan nomor telepon korban. Seperti namanya, mereka yang memposting porno balas dendam melakukannya terutama karena merasa sakit hati setelah ditolak atau apa yang mereka anggap sebagai ketidakadilan.
Ada banyak alasan mengapa seseorang menjadi sasaran revenge porn atau pelecehan seksual online. Tetapi penting untuk diingat bahwa kesalahan sepenuhnya terletak pada orang yang menyebarkannya dan pandangan hubungan yang tidak sehat.
Berikut beberapa motif pelaku menyebarkan konten porno seseorang, atau mantan pasangan atau pasangan mereka, seperti dilansir Help Guide.
1. Dendam
Seorang pelaku mungkin merasa sakit hati karena putus cinta baru-baru ini atau di masa lalu. Alih-alih mencoba mengatasinya dengan cara yang sehat, mereka memutuskan untuk menggunakan pornografi nonkonsensual untuk menimbulkan rasa sakit emosional dan menghancurkan.
2. Kecemburuan
Pasangan masa lalu mungkin didorong oleh rasa posesif dan menargetkan mantannya dengan maksud untuk mempersulit hubungan masa depan korban.
3. Ketidakcukupan seksual
Mereka mungkin ingin mengalihkan perhatian dari kekurangan mereka sendiri dengan mencoba mempermalukan korban.
4. Ketakutan
Mereka mungkin takut kehilangan hubungan dengan korban dan menggunakan ancaman revenge porn untuk mengendalikan korban dan memaksa untuk tetap tinggal. Dengan cara ini, pornografi nonkonsensual dapat menjadi bagian dari pola kekerasan dalam rumah tangga yang lebih luas.
5. Misogini
Karena sebagian besar korban revenge porn adalah wanita dan pelakunya laki-laki, prasangka yang mendarah daging terhadap wanita juga bisa menjadi motifnya.
Apa pun motifnya, pelaku merasa berhak untuk membagikan konten pribadi korban kepada orang lain, baik itu teman atau orang asing. Dengan melakukan itu, mereka melanggar privasi dan memanfaatkan kepercayaan korban.