Suara.com - Kasus video syur menyeret nama artis Rebecca Klopper, hingga namanya menjadi topik perbincangan hangat di media sosial. Hal yang disayangkan setiap ada permasalahan seperti ini adalah banyak warganet yang justru meminta link. Bahkan, ada pula yang dengan sengaja ikut menyebarluaskannya.
Padahal, sejumlah ahli sudah mengingatkan bahaya di baliknya. Salah satunya berhubungan dengan hujatan yang bisa menjadi pemicu seseorang mengalami depresi.
Sebab, hal tersebut tergolong revenge porn dan tak sedikit warganet yang turut menyinggung istilah ini untuk mengingatkan para pencari link video syur selebriti agar berhenti. Adapun kata-kata itu mungkin masih tabu bagi sebagian orang. meski sudah seringkali terjadi, termasuk di Indonesia.
Lantas, apa pengertiannya dan bahayanya untuk seseorang yang bersangkutan? Adakah hukum yang menjerat? Berikut informasi yang telah Suara.com rangkum.
Mengenal Revenge Porn
Revenge porn merupakan salah satu jenis pelecehan seksual yang dilakukan secara digital. Seseorang biasanya akan menyebarluaskan foto atau video syur tanpa adanya persetujuan dari mereka yang menjadi objek.
Hal ini juga sering dihubungkan dengan balas dendam berupa ancaman atau pemerasan. Tepatnya agar keinginan si penyebar bisa dipenuhi. Adapun file itu pun kerap diambil tanpa sepengetahuan yang bersangkutan.
Pelaku revenge porn bukan hanya pasangan, tetapi bisa juga dilakukan oleh rekan kerja, sahabat, anggota keluarga, hingga orang asing yang mungkin belum dikenal lama dari media sosial.
Untuk melakukan aksinya, mereka biasanya sudah memperoleh akses data pribadi korban dan kemudian menyebarluaskannya ke publik dengan berbagai alasan. Hal seperti ini tentu memiliki dampak negatif bagi psikologis seseorang yang menjadi objek.
Baca Juga: Bukan 47 Detik, Beredar Video Hot Baru Mirip Rebecca Klopper Berdurasi 11 Menit
Melansir dari Web Md, sebuah studi menemukan 93 persen dari orang-orang yang menjadi korban revenge porn mengalami tekanan emosional yang tinggi, paranoia, dan depresi. Akibatnya, mereka sulit mengendalikan emosi, sering merasa bersalah, hingga berpikiran untuk mengakhiri nyawanya.