Suara.com - Nama Rebecca Klopper, artis yang juga merupakan kekasih dari Fadly Faisal mendadak jadi perbincangan usai video syur yang mirip dirinya viral di media sosial. Video berdurasi 47 detik itu memperlihatkan adegan tak senonoh seorang wanita dan pria.
Tentu saja hal tersebut mendapatkan berbagai respon dari warganet, khususnya di Twitter. Meski ramai-ramai mereka meminta link video syur wanita yang mirip dengan Rebecca Klopper, sebagian membahas soal revenge porn yang seringkali dialami para selebriti.
"Bangsat bener kok bisa sesama perempuan yang jelas jadi sisi paling rentan saat video aktifitas seksualnya kesebar ikut-ikutan minta link buat muasin jiwa haus kalian akan dunia pergosipan artis," ucap akun @cinnamongirlc seperti yang Suara.com kutip pada Selasa (23/5/2023).
Lebih lanjut akun tersebut menulis jika dirinya merasa miris karena banyak wanita yang juga terlibat dalam penyebaran video syur tersebut. Padahal, diduga besar, wanita yang mirip Rebecca Klopper sedang mengalami revenge porn. Ia juga sangat menyayangkan banyak pula orang yang menghakimi hal tersebut.
"Sudah berkontribusi dalam penyebaran video sextape orang lain yang mungkin saja kena revenge porn, masih bisa pula menghakimi orang lain. Layak dapat block," ujarnya yang mendapatkan ribuan tanda suka dan retweet di Twitter.
Lainnya juga mengunggah poster soal revenge porn yang memang kebanyakan beredar di Twitter. Mereka mempertanyakan mengapa banyak orang tega menonton, menikmati dan menghakimi orang yang menjadi korban.
"Bokep lokal Twitter isinya banyak revenge porn dan kalian masih tega nonton huft," tulis poster tersebut yang sedang dipegang seorang wanita diunggah akun @markskiess.
"So please stop share link dan menyudutkan salah satu pihak. Revenge porn is a CRIME, memvidiokan tanpa consent dan korban tidak berdaya sangat amat jahat. sebagai perempuan sudah seharusnya kita sama-sama melindungi terlepas dari apa sifat dan tingkah korban," tulisnya lagi.
Lantas apa itu revenge porn? Dikutip Bullyid, revenge porn atau porno balas dendam adalah praktik mengunggah konten online – khususnya foto dan video – mantan pasangan (atau bahkan pasangan saat ini) tanpa persetujuan mereka.
Foto atau video umumnya diambil selama hubungan intim, terkadang disertai dengan detail pribadi seperti alamat dan nomor telepon korban. Seperti namanya, mereka yang memposting porno balas dendam melakukannya terutama karena merasa sakit hati setelah ditolak atau apa yang mereka anggap sebagai ketidakadilan.
Dilansir VPN, karena cukup mudah untuk mendistribusikan foto secara online, revenge porn telah tersebar luas. Korbannya yang paling umum adalah wanita muda berusia antara 16 dan 26 tahun.
Menurut Cyber Civil Rights Initiative (CCRI), sebuah organisasi nirlaba yang fokus memerangi pornografi balas dendam, wanita yang menanggung beban hukuman.
Sementara gambar telanjang laki-laki secara online akan menerima sedikit atau bahkan tidak menimbulkan reaksi yang merugikan - pada kenyataannya, mereka mungkin bertepuk tangan - saat korbannya adalah wanita dan sering kali dipermalukan dengan komentar menghakimi.
Revenge porn adalah tindakan pelecehan. Tidak masalah jika foto atau video diambil dengan persetujuan awal. Begitu mereka didistribusikan secara online di luar kehendak korban, itu adalah tindak pidana.
Menjadi korban revenge porn bisa berakibat serius. Ini bukan hanya masalah kerusakan fisik dan emosional; tapi mengetahui foto atau video seksual diri Anda disebarkan secara online tanpa persetujuan dapat memengaruhi kehidupan saat ini dan masa depan dalam berbagai cara. Berikut konsekuensinya bagi korban.
1. Penguntitan dan kerusakan fisik
Salah satu risiko terbesar revenge porn adalah bahaya fisik. Seringkali, informasi identitas diposting bersama dengan konten bermuatan seksual, yang menciptakan situasi yang sangat tidak aman bagi korban. Bukan hal yang aneh jika korban pornografi balas dendam dibuntuti, baik secara online maupun fisik.
2. Pemerasan dan ancaman
Revenge porn sering menyertakan unsur pemerasan dan ancaman. Ada ancaman memposting foto dan video seksual seseorang sejak awal. Ini dapat berlanjut begitu konten sudah didistribusikan.
Misalnya, dengan mengancam akan memposting lebih banyak lagi foto atau konten seksual yang semakin pribadi atau eksplisit. Dalam hal pemerasan, korban dapat dipaksa untuk melakukan “kebaikan pribadi” bagi pelaku. Namun, dalam banyak kasus, mereka harus membayar uang.
3. Pelecehan daring
Karena pornografi balas dendam dibagikan kepada sekelompok orang, korban sering kali terpapar pada bentuk pelecehan online yang berlebihan. Ini dapat mencakup apa saja mulai dari pesan agresif dan intimidasi dunia maya hingga ancaman kematian yang sebenarnya atau ancaman pemerkosaan.
4. Ketegangan psikologis
Orang-orang yang menjadi sasaran revenge porn berada di bawah banyak tekanan psikologis. Penelitian menunjukkan bahwa mereka mengalami gejala yang mirip dengan korban pelecehan seksual, yakni kecemasan, depresi, insomnia dan teror malam, serangan panik dan isolasi.
5. Reputasi rusak
Tidak ada yang memalukan untuk melakukan kontak seksual dengan orang lain, bahkan secara online - tetapi sebagai akibat dari menyalahkan korban secara umum, wanita yang menjadi korban revenge porn dapat mengalami kehilangan reputasi yang ekstrem.
Terlalu sering, foto telanjang berakhir di tangan keluarga, teman, teman sekelas, kolega, supervisor, atau atasan korban. Karena sulit untuk menghapus konten daring, pornografi balas dendam dapat berdampak permanen dan membahayakan karier seseorang.