Suara.com - PT Eigerindo Multi Produk Industri menanggapi produk Eiger yang viral karena berasal dari China dan Bangladesh. Padahal brand adventure itu digadang-gadang sebagai produk lokal kebanggaan Indonesia.
GM Product & Sustainability Project Leader, EIGER Adventure Harimula Muharram mengakui jika tidak semua produk miliknya dibuat di dalam negeri, ada yang produksi China dan Bangladesh.
Hal ini juga sesuai laporan sustainability tahunan Eiger Adventure 2022, menyebutkan ada 81 persen barang yang diproduksi di dalam negeri alias produk lokal. Tapi juga ada 19 persen produk impor, atau produk jadi yang dibuat di luar negeri.
Menurut Harimula beberapa barang yang diproduksi di luar negeri ditujukan untuk menjaga kualitas produk Eiger untuk pelanggan. Apalagi ada beberapa teknologi dalam negeri yang belum bisa membuat kualitas barang sesuai standar Eiger untuk konsumennya.
Baca Juga: Profil Ronny Lukito, Pemilik Eiger yang Minta Maaf ke YouTuber
Standar produk itu meliputi kapasitas, kapabilitas hingga kualitas barang yang dikeluarkan Eiger yang selalu berusaha ingin dijaga.
"Jadi itu akhirnya ada beberapa produk yang memang masih dibuat dari impor, karena terkait ada teknologi yang masih belum bisa dikerjakan di dalam negeri," ujar Harimula di Sarinah, Jakarta Pusat, Rabu (17/5/2023).
Meski begitu Harimula memastikan, pihaknya berkomitmen agar semua produk Eiger bisa 100 persen lokal, menggunakan tenaga dalam negeri, bahan dalam negeri hingga produksi di dalam negeri.
Sehingga menurut Harimula, Eiger tidak sembarangan mengimpor suatu produk karen ada proses transfer informasi, wawasan hingga alih teknologi dalam proses impor produk tersebut.
"Kenapa kami ada beberapa produk yang harus diproduksi di luar negeri? Karena ini supaya dari kami pun bisa mendapatkan inovasi teknologi dari para pemasok luar negeri, karena mereka punya wawasan dan punya lingkungan yang sangat mendukung untuk inovasi teknologi terbaru," sambung Harimula.
Baca Juga: Bak Eiger, Merek Kondom Ini Pun Latah Bikin Surat Buka-bukaan
Komitemen ini diusahakan Eiger, dengan program pembelajaran dan pelatihan yang akan diberikan kepada suplier atau pemasok bahan lokal. Sehingga produk yang tadinya diproduksi di luar negeri, bisa dilakukan di dalam negeri dengan tidak mengurangi standar dan kualitas sebelumnya.
"Jadi kalau dilihat akan ada learning akademi, ada pelatihan kepada suplier itu cara dari kami supaya dapat melakukan alih teknologi dan pengetahuan dari teknologi yang kita dapat, belajar bersama dari luar negeri itu kita alihkan ke suplier lokal," tutup Harimula.
Sebelumnya viral netizen di Twitter dibuat kaget karena produk Eiger tertera label 'made in China' atau 'made in Bangladesh'. Akibatnya banyak netizen yang curiga jika produk yang dibelinya bukan produk asli.
"Produk Eiger label China ge meni rariweuh, tempo nu aing label Bangladesh (Produk Eiger label China pada ribet, lihat punyaku label Bangladesh)," komentar @txtdarikintil.