Suara.com - Tumpeng telah jadi salah satu makanan yang wajib ada ketika sedang merayakan sesuatu, terutama bagi masyarakat di Pulau Jawa. Bentuknya yang menyerupai kerucut membuat kebanyakan orang akan memotong tumpeng dari pucuknya.
Namun, cara itu ternyata keliru, lho. Memotong tumpeng dari pucuknya justru tidak sesuai dengan filosofi dari makanan tersebut.
Sebab, pucuk tumpeng dilambangkan sebagai seberadaan Tuhan Yang Kuasa. Sehingga, memotong tumpeng pertama kali dari atas dianggap dengan memutus hubungan manusia dengan Tuhan.
Dikutip dari postingan akun Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Kemenparekraf), potong tumpeng yang benar seharusnya dilakukan dari bagian paling bawah hingga pada akhirnya bagian pucuk akan jatuh sendiri ke arah lauk.
Baca Juga: Netizen Ikut Terharu, Inilah Momen Tiko Gelar Syukuran Bareng Warga di Rumahnya
Filosofi dari hal tersebut dianggap kalau hubungan Tuhan dengan manusia kian dekat. Sehingga manusia hidup harmonis dalam keberagaman.
Setiap bagian pada tumpeng memang memiliki filosofi masing-masing. Tumpeng dibuat ketucut karena melambangkan hubungan Tuhan dengan manusia.
Bila pucuk tumpeng dilambangkan sebagai keberadaan Tuhan, maka semakin ke bawah itu menandakan umat manusia dengan segala keberagamannya. Aneka lauk pauk juga menunjukan keberagaman dan harmoni setiap manusia.
Tradisi potong tumpeng mulanya dilakukan untuk memuliakan gunung-gunung yang dianggap sakral sebagai temlat bersemayamnya para arwah leluhur. Ketika penyebaran agama Hindu di Jawa, bentuk kerucut dari nasi tumpeng melambangkan Gunung Mahameru di Malang yang diyakini jadi tempat bersemayamnya para dewa dan dewi.
Orang dahulu memahami konsep ketuhanan sebagai bentuk yang besar dan tinggi serta berada di puncak. Setelah agama Islam masuk ke Jawa, makna nasi tumpeng bergeser menjadi wujud rasa syukur kepada Tuhan Yang Kuasa.
Baca Juga: Heboh Tiko Keturunan Keluarga Cendana, Ia Justru Lakukan Hal Ini