Suara.com - Selebgram Lina Mukherjee ditahan di Polda Sumatera Selatan, atas kasus dugaan penistaan agama Islam, terkait konten makan kerupuk kulit babi dan mengucapkan Bismillah.
Namun, belakangan, sebuah puisi yang dibuat penyair sekaligus ulama K.H Mustofa Bisri atau yang akrab disapa Gus Mus pada Nuni 2022 terkait makan babi kembali menjadi sorotan.
Kala itu, Buya Eson, mantan aktivis dari Indonesia Corruption Watch (ICW) berandai-andai, adanya Pemuka Agama yang mengeluarkan fatwa haramnya korupsi seperti makan babi.
Ia menuliskan tweet, "Coba ada Fatwa dari Pemuka Agama yang menyebutkan kalau korupsi itu sama dengan makan babi dan minum bir!."
Baca Juga: Resmi Ditetapkan Jadi Tersangka Penistaan Agama, Lina Mukherjee Tertunduk Lesu
Membalas hal ini, Gus Mus membalas bahwa korupsi adalah hal yang lebih menjijikkan ketimbang babi dan bir.
"Najis yang lebih menjijikkan, virus yang lebih mematikan daripada virus alkohol, nikotin dan minyak babi," kata Gus Mus di Twitter.
"Bila karena merusak kesehatan, rokok kalian benci, mengapa kalian diamkan korupsi yang merusak nurani?," tuturnya menambahkan.
Tidak sampai disitu, Gus Mus juga menyisipkan puisi yang dibuatnya berjudul "Ada Apa dengan Kalian".
"Bila karena memabukkan, alkohol kalian perangi, mengapa kalian biarkan korupsi yang kadar memabukkannya jauh lebih tinggi?," tulis Gus Mus.
Baca Juga: Lina Mukherjee Sujud Syukur Dizinkan Polisi Pulang ke Rumah
"Bila karena najis, babi kalian musuhi, mengapa kalian abaikan korupsi yang lebih menjijikkan ketimbang kotoran seribu babi," imbuhnya.
Lantas, samakah dosa korupsi dengan memakan babi? Dalam ceramahnya beberapa tahun lalu, Ustaz H. Abdul Somad pernah menjelaskan terkait hal tersebut. Menurutnya, keduanya tidak bisa disamakan.
Tanggungan dosa makan babi, kata Ustaz Abdul Somad hanya pada diri sendiri. Sementara saat seseorang korupsi, ia harus mengembalikan uang tersebut pada semua orang yang dirugikan.
"Kalau kau ambil babi, kau panggang, kau kasih kecap, itu yang dosa kau sendiri. Tapi kalau korupsi, kau makan, kau mesti kembalikan uang ini kepada orang pemiliknya," ujarnya seperti yang Suara.com kutip pada tayangan YouTube HR Azhar, Kamis (4/5/2023).
Lebih lanjut, kata Ustaz Abdul Somad memberi perumpamaan. Saat seseorang memakan babi, di akhirat ia tak perlu mencari babi. Sementara saat seseorang korupsi, ia perlu mencari satu persatu orang yang telah ia rugikan.
"Kalau kau korupsi satu desa berarti satu desa mesti kau cari, kalau kau korupsi satu provinsi, satu provinsi mesti kau cari," tambah dia lagi.
Selain itu, ia juga memberikan contoh, di mana ada seseorang yang rajin shalat, berpuasa, hingga naik haji, tapi tak diampunkan Allah dosanya, karena amalannya habis karena perilakunya selama di dunia.
Amalannya habis karena, kata dia begitu banyak orang yang teraniaya karena korupsinya, punglinya dan perilaku lain sejenis yang merugikan banyak orang.
"Bagi yang pernah korupsi, hitung uang korupsi itu serahkan pada lembaga yang dinikmati orang banyak. Panti jompo, anak yatim, fakir miskin, masjid," tutup dia.