Erina Gudono Tempel Biji Beras di Kening Saat ke Bali, Termasuk Ibadah Umat Hindu?

Kamis, 04 Mei 2023 | 14:30 WIB
Erina Gudono Tempel Biji Beras di Kening Saat ke Bali, Termasuk Ibadah Umat Hindu?
Erina Gudono Berlibur di Labuan Bajo (Instagram)
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Erina Gudono baru-baru ini membagikan potret dirinya yang mengikuti tradisi budaya di Bali. Istri Kaesang Pangarep itu mengunggah foto selfie di Instagram story di mana wajahnya ditempelkan beberapa butir beras di dahi. 

Tetapi, Erina Gudono sendiri rupanya tidak tahu nama tradisi budaya tersebut. 

"Kemarin dikasih kaya gini di dahi waktu di Bali.. apa ya namanya?" tulis Erina Gudono pada unggahannya, dikutip Rabu (3/5/2023).

Menantu Presiden Joko Widodo (Jokowi) itu mau mengikuti kegiatan tersebut lantaran diberitahu kalau menempelkan beras di dahi diyakini oleh masyarakat Bali bisa menolak segala hal buruk.

Baca Juga: Unggah Momen Haru Saat Lebaran Bareng Kaesang Pangarep, Erina Gudono Banjir Doa dari Netizen

Erina Gudono. (Dok: Instagram/ErinaGudono)
Erina Gudono. (Dok: Instagram/ErinaGudono)

"Pokoknya katanya bagus sama nolak hal hal buruk," ujar Erina Gudono.

Menempelkan biji beras di dahi sebenarnya bagian dari ibadah yang biasanya dilakukan umat Hindu di Bali. Bila sudah mengenakan beras rendaman di kening dan area lainnya di badan, menandakan kalau sembah bhakti seseorang telah selesai. Tata cara itu disebut juga dengan bija. 

Dikutip dari situs Desaabiansemal Kabupaten Badung, Bali, bija atau wija dalam bahasa Sansekerta disebut gandaksata yang berasal dari kata ganda dan aksata yang artinya biji padi-padian yang utuh serta berbau wangi.

Wija biasanya dibuat dari biji beras yang dicuci dengan air bersih atau air cendana. Kadangkala juga dicampur kunyit, sehingga berwarna kuning, maka disebutlah bija kuning.

Wija menjadi lambang Kumara, yaitu putra atau wija Bhatara Siwa. Pada hakekatnya yang dimaksud dengan Kumara adalah benih ke-Siwa-an/Kedewataan  yang bersemayam dalam diri setiap orang. 

Baca Juga: Hari Terakhir Ramadhan, Ini OOTD Erina Gudono Kenakan Busana Muslim Putih yang Serasi dengan Kaesang Pangarep

Mawija mengandung makna menumbuh- kembangkan benih ke-Siwa-an itu dalam diri orang.  Sehingga disarankan agar dapat menggunakan beras galih yaitu beras yang utuh, tidak patah (aksata). Alasan ilmiahnya, beras yang pecah atau terpotong tidak akan bisa tumbuh.

Dalam menumbuh kembangkan benih ke-Siwa-an atau Kedewataan dalam tubuh, tentu meletakkannya juga tidak sembarangan. Ibaratnya menumbuh kembangkan tananam buah, manusia tidak bisa menamamnya sembarangan, haruslah di tanah yang subur. 

Maka dari itu menaruh bija di badan manusia juga ada aturannya, agar dapat tumbuh sifat kedewataan dalam diri.  

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI