Suara.com - Hiperseks menjadi salah satu topik yang kerap dibahas di masyarakat. Sayangnya tikdak banyak masyarakat yang benar-benar paham definisi sebarnya terkatik hiperseks.
Satu hal yang tidak banyak diketahui hiperseks bisa menjadisuatu penyakit yang disebabkan oleh adanya penyimpangan seksual. Seorang yang menderita hiperseks akan melakukan hubungan seksual tanpa mengenal waktu dan tempat.
Dokter Haekal Anshori, M.Biomed sekaligus ahli seksolog, melalui kanal YouTube Kata Dokter yang diunggah pada 27 Februari 2020 mengatakan bahwa hiperseks merupakan suatu penyakit dan jelas berbeda dengan libido tinggi.
“Memang hiperseks ini adalah penyakit karena pengidapnya seperti pecandu yang tidak terpuaskan,” ungkapnya, dikutip pada Selasa (25/4/2023).
Baca Juga: Berhubungan Seks 8 Kali Sehari Seperti Millen Cyrus, Ini Dampaknya Menurut Dokter Boyke
Seseorang bisa dikatakan hiperseks jika sangat sensitif dengan rangsangan seksual yang bisa muncul begitu saja. Jika hiperseks tidak diwujudkan atau terlampiaskan maka bisa menyebabkan stres atau depresi.
“Biasanya penderita hiperseks dia akan melampiaskan hasratnya saat itu juga. Tanpa melihat tempat dan waktu, dan bisa dilakukan kepada siapa saja. Karena penderitanya hanya ingin memenuhi kebutuhannya akan kenikmatan seksual,” kata dr. Haekal.
Bedanya dengan orang yang memiliki libido tinggi adalah masih mampu dan santun untuk mengendalikan hasrat seksualnya.
Apabila hasratnya tidak terpenuhi pun ia tidak akan mengalami stres dan lebih tahu tempat juga waktu kapan ia harus melampiaskan kebutuhan seksualnya.
Dokter Haekal pun menjabarkan penyebab yang bisa membuat seseorang menjadi hiperseks. Yakni faktor rendah diri dari pasangannya dan terobsesi dengan seks sebagai bentuk memperlihatkan kegagahan yang ia miliki di ranjang.
Sehingga menjadikan seks sebagai satu-satunya komunikasi untuk menunjukkan kehebatannya.
Mengingat penderita hiperseks akan mengalami stres apabila nafsu seksualnya tidak terpenuhi dan bisa saja melampiaskannya pada orang lain tanpa kedekatan emosional, maka bisa merugikan banyak pihak. Oleh karena itu penderita hiperseks perlu diobati.
“Pengobatannya ini biasanya berkaitan dengan pengobatan secara psikologis,” imbuh dr. Haekal.
Cara pengobatan untuk penderita hiperseks bersama psikolog dapat dilakukan dengan Cognitive Behavioral Therapy (terapi perilaku). Terapi ini akan mengubungkan antara emosi pikiran seseorang dengan perilaku dan lingkungannya.
Seperti dikutip dari kanal YouTube Dokter 24 yang diunggah pada 6 Maret 2020, dr. Silvia Utomo menyebutkan penderita hiperseks bisa disembuhkan dengan tiga cara.
“Penyembuhannya pun masih bisa ditanggulangi dengan psikoterapi, konsumsi obat-obatan atau terapi berbagi dengan orang-orang yang memiliki pengalaman yang sama dan sudah disembuhkan,” ujar dr. Silvi.
Dokter Silvi pun mengingatkan, apabila hasrat dan frekuensi hubungan seksual yang sudah tinggi dan sulit untuk mengalihkannya, lebih baik segera konsultasikan dengan psikolog atau psikiater agar segera mendapatkan penanganan yang tepat.
Shilvia Restu Dwicahyani