Suara.com - Ritual seba akan kembali dilakukan oleh masyarakat adat Baduy pada akhir bulan ini. Kegiatan budaya yang rutin dilakukan setiap tahun itu selalu curi perhatian terutama para wisatawan karena jadi salah satu tradisi unik yang sudah ada sejak era Kesultanan Banten.
Seba dilakukan oleh suku Baduy dengan cara berjalan kaki puluhan kilometer untuk bersilaturahmi dengan pemimpin pemerintahan.
Dikutip dari Instagram Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Kemenparekraf) ritual seba Baduy akan dilakukan pada 27-30 April 2023 di Pendopo Bupati Kabupaten Lebak, Banten.
Seba memiliki arti persembahan. Sehingga, tujuan dari ritual seba sebagai rangkaian dari upacara tradisi adat yang dilakukan setelah Kawalu dan Ngalaksa atau melaksanakan puasa kawalu dan bersilaturahmi kepada kerabat dan tetangga dengan membawa hasil panen.
Baca Juga: Masyarakat Pantai Raja Minta Tolong Jokowi, Sebut Lahan Dikuasai PTPN V sejak 1984
Seba juga menjadi wujud dari ketaatan masyarakat suku Baduy, atau sering disebut juga urang Kanekes, kepada pemerintah Indonesia yang secara simbolis dilakukan kepada kepala pemerintahan di daerah yaitu Bupati Lebak dan Gubernur Banten.
Berikut urutan ritual seba yang dilakukan oleh urang Kanekes:
1. Pemilihan Perwakilan
Ritual seba secara umum diawali dengan dipilihnya perwakilan urang Kanekes oleh para tetua adat dan tetua adat tertinggi (Puun). Perwakilan urang Kanekes akan turut serta dalam perjalanan dari wilayah Badui Dalam (Badui Tangtu, berpakaian dan berikat kepala putih) dan Badui Luar (Badui Panamping, berpakaian hitam dan berikat kepala biru) menuju Pendopo Kabupaten Lebak dan berakhir di Pendopo Provinsi Banten.
2. Jalan Kaki Puluhan Kilometer
Baca Juga: Masyarakat Adat Sebut Presiden Jokowi Ingkar Janji
Perjalanan seba Badui dilakukan sekitar 80 kilometer yang ditempuh dengan berjalan kaki, tanpa kendaraan. Kecuali urang Kanekes dari wilayah Badui Luar dapat menggunakan kendaraan.
3. Pengucapan Tatabean
Setelah rombongan sampai di pendopo kabupaten maupum provinsi, wakil para tetua adat (Tanggungan Jaro Duabelas) mengawali seba dengan pengucapan tatabean (ucapan seserahan dalam bahasa asli Badui, diawali dengan ucapan salam “tabe”). Penyampaian tatabean itu berisi laporan kondisi warga, kondisi hasil panen, dan kondisi keamanan wilayah.
4. Dialog dengan Pemerintah Daerah
Urang Kanekes selanjutnya akan berdialog dengan Pemerintah Daerah yang menitikberatkan pada ucapan terima kasih dari pemerintah kepada warga wilayah Baduy yang telah menjaga nilai-nilai warisan leluhur serta menjaga kelestarian alam dan menjaga lingkungan hidup dengan baik.
5. Penyerahan Hasil Bumi
Seba Baduy diakhiri dengan penyerahan hasil bumi urang Kanekes, berupa beras, ketan, gula aren, pisang, durian, talas, dan sejenisnya. Juga seperangkat alat dapur seperti, kukusan bambu, bakul, kipas, centong, dulang, dan sejenisnya. Seluruh seserahan itu diberikan kepada bupati atau gubernur.
Makna yang terkandung dari penyerahan hasil bumi dan seperangkat alat dapur itu sebagai penegasan urang Kanekes adalah masyarakat petani yang sangat tergantung dari kondisi alam. Selain itu, mereka juga memiliki tugas dari leluhurnya untuk menjaga kelestarian alam dan menjaga wilayah aliran sungai.