Roslina Verauli juga menegaskan pentingnya para remaja ini memahami konsep consent (persetujuan) terkait tubuhnya.
"Misalnya saat remaja perempuan mulai berpacaran. Ketika ia tidak mau dicium oleh pacarnya, sang pacar harus menghargainya. Harus ada persetujuan. Itu namanya consent," katanya.
"Sebagai orang tua harus memperkenalkan consent terhadap anaknya. Ketika tidak artinya tidak, ketika diam artinya tidak, ketika ya artinya ya. Connect first than correct, namun orang tua cenderung mengoreksi anak dulu. Jika anak cerita, biarkan mereka cerita. Connect first, tunjukkan orang tuanya menerima mereka. Jika komunikasi orang tua negatif, anak cenderung akan menghindar. Anak yang disentuh dengan baik dan respect oleh ortunya. Jika anak disentuh oleh orang tuanya, ia akan dapat membedakan mana yang good touch, mana yg bad touch. Karena itu tidak bisa diajarkan melalui omongan tapi dari pengalaman. Jadi jika di luar anak mengalami sentuhan yang bad touch, mereka dapat membedakannya. Orang tua adalah model afeksi seorang anak, bukan pacarnya,” pungkas Vera.