Suara.com - Setelah sebulan menjalankan ibadah puasa Ramadhan, kini memasuki bulan Syawal, saat menunaikan ibadah sunnah puasa Syawal. Pertanyaan paling umum yang diajukan adalah apakah puasa Syawal harus berurutan 6 hari?
Dilansir dari situs resmi NU Online, ada beberapa hal yang perlu diperhatikan terkait puasa Syawal.
Hukum dan Keutamaannya
Anjuran berpuasa enam hari di bulan Syawal dilakukan oleh banyak acuan hadits. Salah satunya hadits shahih riwayat Imam Muslim yang berbunyi:
Baca Juga: Bacaan Niat Puasa Syawal, Bisa Jadi Pengganti Bolong Puasa Ramadhan
"Barang siapa berpuasa Ramadhan kemudian dilanjutkan dengan enam hari dari Syawal, maka seperti pahala berpuasa setahun."
![Ilustrasi berdoa. (Unsplash/ Visual Karsa)](https://media.suara.com/pictures/653x366/2023/01/23/56871-ilustrasi-berdoa-unsplash-visual-karsa.jpg)
Hukum puasa Syawal adalah sunnah bagi mereka yang tidak punya tanggungan puasa wajib dalam bentuk qadha puasa Ramadhan atau puasa nazar. Jika memiliki utang puasa Ramadan, hukumnya menjadi makruh. Namun, bagi yang tidak berpuasa karena kesengajaan, hukumnya adalah haram. Dianjurkan menunaikan puasa wajib terlebih dahulu baru menjalankan puasa sunnah.
Ketentuan yang Digunakan
Idealnya, puasa Syawal dilakukan enam hari berturut-turut setelah hari raya Idul Fitri, yakni tanggal 2 hingga 7 Syawal. Kendati demikian, berpuasa di luar tanggal ini juga tetap memperoleh keutamaan puasa Syawal, seakan puasa wajib setahun penuh.
Puasa dapat dilakukan pada tanggal 2 hingga tanggal 7 Syawal secara berturut-turut atau setiap hari Senin dan Kamis, melewati tanggal 13, 14, 15, dan seterusnya, selama masih berada di bulan Syawal. Jadi, tidak diharuskan enam hari berturut-turut atau pada tanggal 2 hingga 7 Syawal saja.
Baca Juga: 5 Keutamaan Bulan Syawal, Waktu Tepat untuk Menikah
Selama puasa dilaksanakan enam hari di bulan Syawal, maka keutamaan ibadah ini dapat tetap diperoleh.
Niat Puasa Syawal
Niat puasa Syawal sendiri tidak mesti dilakukan pada malam hari atau sebelum terbit fajar, tapi bisa kapan saja. Niat puasa Syawal dapat muncul di pagi atau siang hari untuk mengamalkan puasa ini, selama seseorang belum makan, minum, dan melakukan hal lain yang membatalkan puasa sejak subuh.
Berbuka sebelum Maghrib
Karena satu dan lain hal, berbuka sebelum maghrib mungkin saja terjadi. Misalnya saja, ketika bertamu atau menghormati tamu yang datang, berbuka diperbolehkan, namun kemudian mengqadhanya di lain hari.
Hal ini sesuai dengan teguran yang disampaikan Rasulullah pada sahabat yang saat bertamu dan disuguhi makanan namun menolak karena tengah menjalankan puasa Syawal.
Para ulama kemudian merumuskan ketika tuan rumah keberatan atas puasa sunnah tamunya, maka hukum membatalkan puasa sunnah baginya untuk menyenangkan hati tuan rumah. Dalam kondisi seperti ini, pahala membatalkan puasa lebih utama dari pahala berpuasa.
Namun selama ada indikasi kuat puasa yang dilakukan tidak mengganggu perasaan orang lain atau tidak menimbulkan kendala yang penting, puasa dituntaskan hingga maghrib.
Itu tadi sekilas mengenai jawaban atas pertanyaan apakah puasa Syawal harus berurutan 6 hari atau tidak. Semoga berguna.
Kontributor : I Made Rendika Ardian