Kondisi ini dinilai akibat jumlah hormon pada tubuh mengalami naik-turun (fluktuatif) yang menyebabkan perubahan bahan kimia otak yang mengatur suasana hati.
Perubahan suasana hati sampai menangis pada ibu hamil adalah hal yang normal. Terlebih di trimester pertama saat hormon sedang naik-naiknya. Dimana hormon estrogen dan progesteron yang bertanggung jawab atas suasana hati kadarnya lebih tinggi. Alhasil, ibu hamil cenderung mudah merasa sedih.
Kendati begitu, disampaikan dr. Saddam Ismail di kanal YouTube pribadinya pada 11 Oktober 2021 lalu, terlalu sering menangis juga tidak baik karena dapat berdampak langsung bagi janin yang sedang dikandung. Juga kesehatan dirinya sendiri.
“Kalau ibu hamil rutin menangis ya stres, itu nanti ada hormon stres yang dihasilkan oleh tubuh ibu. Hormon stres tadi bisa ditransfer ke plasenta yang akhirnya diterima oleh bayinya. Jadi bayinya ikut mendapatkan dampak negatif,” ujarnya, dikutip pada Jumat (21/4/2023).
Dokter Saddam pun menjabarkan beberapa dampak buruk bagi ibu hamil yang menangis berkepanjangan karena stres atau adanya tekanan. Diantaranya:
Dehidrasi
Janin kurang nutrisi
Ibu kekurangan energi
Risiko keguguran atau bayi lahir prematur
Mengganggu perkembangan saraf bayi
Ibu mengalami depresi
Meningkatkan risiko gangguan kecerdasan pada anak
Maka dari itu ibu hamil dianjurkan untuk bisa mengelola suasana hati dan pikiran lebih terkontrol. Demikian juga bagi orang-orang di sekitarnya untuk selalu memberikan support dan kasih sayang agar ibu hamil selalu merasa senang.
Shilvia Restu Dwicahyani
Baca Juga: Sempat Dekat Dengan RD, Denise Chariesta Hamil: JK Tidak Mau Tanggung Jawab dan Ancam Sebar Foto Ini