Gerhana Matahari Dikaitkan dengan Penetapan Idul Fitri 2023, Ini Hubungannya Menurut Muhammadiyah

Dinda Rachmawati Suara.Com
Kamis, 20 April 2023 | 18:05 WIB
Gerhana Matahari Dikaitkan dengan Penetapan Idul Fitri 2023, Ini Hubungannya Menurut Muhammadiyah
Ilustrasi Gerhana Matahari (Enrique/Pixabay)
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Gerhana matahari hibrida akan terjadi di penghujung bulan Ramadhan. Pada Kamis (20/4/2023) ini, 11 wilayah di Indonesia Timur, terutama di Maluku dan Papua bisa melihat fenomena alam tersebut.

Menariknya, sebagian kalangan kemudian menghubungkan gerhana matahari hibrida ini sebagai bukti bahwa Lebaran akan jatuh pada 21 April 2023, seperti yang telah ditetapkan Muhammadiyah

Bahkan, dalam situs resminya, Muhammadiyah mengungkap jika fenomena gerhana matahari hibrida tersebut seakan memperkuat konsep hisab hakiki wujudul hilal yang dipakai, untuk menentukan datangnya bulan baru, dalam hal ini 1 Syawal 1444 H. 

Disebutkan, patahan matahari memang menunjukkan telah terjadi ijtimak atau konjungsi atau kesegarisan posisi matahari dan bulan dari pengamatan di bumi. Kondisi ini menunjukkan adanya bulan baru.

Baca Juga: Resep Lebaran Opor Ayam Ketupat Kuah Kental, Top Banget!

Pada umumnya, apabila hari ini terjadi gerhana matahari, maka besok sudah masuk bulan baru hijriah. Akan tetapi kembali lagi kepada waktu terjadinya gerhana, jika gerhana terjadi di waktu antara pagi sampai siang, maka besok kemungkinan besar sudah bulan baru karena tinggi hilal sudah berada di atas ufuk.

Penampakan fenomena Gerhana Matahari Hibrida di Taman Ismail Marzuki (TIM), Jakarta Pusat, Kamis (20/4/2023). [Suara.com/Alfian Winanto]
Penampakan fenomena Gerhana Matahari Hibrida di Taman Ismail Marzuki (TIM), Jakarta Pusat, Kamis (20/4/2023). [Suara.com/Alfian Winanto]

Akan tetapi apabila gerhana matahari terjadi ketika sore, maka hilal kemungkinan masih di bawah ufuk dan besok belum masuk bulan baru.

Tinggi hilal pada tanggal 29 Ramadhan 1444 H bertepatan dengan tanggal 20 April 2023 (hari terjadinya gerhana matahari) di Banda Aceh adalah 2°21,39’. Tinggi hilal ini sudah cukup masuk kriteria hisab hakiki wujudul hilal, sehingga besok (tanggal 21 April 2023) sudah masuk bulan Syawal. 

Akan tetapi tinggi hilal tersebut belum memenuhi kriteria MABIMS yang mensyaratkan tinggi hilal 3° dan elongasi 6,4°. Oleh karena belum memenuhi kriteria MABIMS, maka besok belum masuk bulan baru dan Syawal akan dimulai lusa (tanggal 22 April 2023). Perbedaan metode penentuan awal bulan di atas akan mengakibatkan Idul Fitri tidak dilaksanakan secara serentak.

Apabila mengaitkan antara penentuan awal bulan dengan fenomena gerhana matahari 20 April 2023, maka hisab hakiki wujudul hilal yang dipakai oleh Muhammadiyah akan lebih diunggulkan. Karena keesokan hari setelah gerhana sudah masuk bulan baru. 

Baca Juga: Ustaz Khalid Basalamah: Sudah Sepantasnya Muslim Bergembira di Idul Fitri

Sedangkan kriteris MABIMS yang dipakai pemerintah masih menunggu satu hari lagi untuk masuk bulan baru. Anggapan masyarakat secara luas adalah apabila hari ini terjadi gerhana matahari, maka besok sudah masuk bulan baru. Hal ini akan menjadikan masyarakat akan lebih condong kapada hasil hisab wujudul hilal karena penentuan Syawal nanti sesuai dengan fenomena gerhana matahari.

Gerhana matahari tanggal 20 April 2023 membuat hisab hakiki wujudul hilal lebih unggul karena ketepatannya dalam menentukan awal bulan yang sesuai dengan gerhana matahari. Terlebih gerhana matahari terjadi pada siang waktu siang di Indonesia. 

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI