Suara.com - Lailatul Qadar menjadi malam yang spesial bagi umat Islam. Pasalnya malam Lailatul Qadar disebut lebih baik dari seribu malam.
Di bulan tersebut, amal ibadah yang dilakukan pun akan dilipatgandakan pahalanya. Tak heran banyak orang yang mengejar berkah Lailatul Qadar dengan beribadah secara maksimal.
Kapan tepatnya Lailatul Qadar akan datang adalah rahasia Allah. Kendati demikian, Melansir dari NU Online, Nabi Muhammad dalam sebuah riwayat memberikan petunjuk datangnya Lailatul Qadar.
"Carilah lailatul qadar pada malam ganjil sepuluh terakhir Ramadhan." (HR Al-Bukhari).
Baca Juga: Polisi di Purwakarta Bagi-bagi Sembako, Warga: Hatur Nuhun Pak
Lailatul Qadar disebutkan akan datang di antara 10 malam ganjil terakhir di bulan Ramadhan. Bisa jadi Lailatul Qadar datang pada malam ke-21, 23, 25, 27, atau bahkan 29.
Lantas, apakah Lailatul Qadar hanya terjadi pada bulan Ramadhan?
Hengki Ferdiansyah, Dosen Dirasat Islamiyah UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Hengki Ferdiansyah, menjelaskan, sebagian besar ulama sepakat Lailatul Qadar hanya ada di bulan Ramadhan. Meski begitu, sejumlah ulama ternyata memiliki pandangan berbeda.
Syekh Abdul Wahab As-Sya'rani dalam kitab Mizanul Kubra memiliki mengungkapkan perbedaan pandangannya mengenai Lailatul Qadar.
"Lailatul Qadar terjadi bulan Ramadhan saja, namun menurut Abu Hanifah juga bisa terjadi pada setiap bulan. Pendapat yang pertama ketat, sementara pendapat kedua lebih longgar,” tulis Syekh Abdul Wahab As-Sya'rani dalam kitab tersebut.
Baca Juga: Itikaf 10 Hari Terakhir Ramadhan: Pengertian, Syarat, Niat, Tata Cara dan Waktu Pelaksanaan
Dari pernyataan tersebut, bisa dibilang ada pendapat yang menyebutkan Lailatul Qadar bisa terjadi tiap bulan, bahkan setiap hari berdasarkan pada ilham dan pengalaman spiritual.
Dalam kitab tersebut juga dituliskan pendapat dari sosok bernama Syekh Ali Al Khawwas.
"Lailatul qadar adalah setiap malam di mana manusia mendekatkan diri kepada Allah. Inilah dasar pendapat orang yang mengatakan lailatul qadar ada di setiap bulan. Saudaraku, Syeikh Afdhaluddin menceritakan bahwa ia melihat lailatul qadar pada bulan Rabiul Awwal dan Rajab. Karena itu, maksud ayat 'Inna Anzalnahu fi Lailatul Qadr' adalah malam pendekatan. Setiap malam yang bisa mendekatkan (hamba kepada Tuhan) adalah lailatul qadar," tulisnya.
Pemahaman kelompok kedua seperti Syekh Ali Al Khawwas memiliki pandangan yang lebih umum terkait Lailatul Qadar. Dari perbedaan pandangan tersebut Hengki Ferdiansyah kemudian menarik kesimpulan bahwa hal tersebut tergantung dari pendefisian Lailatul Qadar.
Jika Lailatul Qadar didefinisikan sebagai malam untuk mendekatkan diri kepada Allah, maka ini bisa terjadi di bulan lain selain Ramadhan. Namun, jika mendefinisikan Lailatul Qadar sebagai malam yang lebih baik dari seribu bulan, artinya kemungkinan besar hanya terjadi saat Ramadhan.