Suara.com - Utang kerap dijadikan jalan keluar untuk meraih atau menyelesaikan sesuatu. Tetapi terlalu banyak menumpuk utang, apalagi bila hanya utang konsumtif, justru bisa jadi beban hidup.
Buya Yahya pernah memberi nasihat bahwa agar terhindar dari tumpukan utang konsumtif seseorang perlu hidup sederhana. Lebih penting juga, lanjutnya, tak perlu mengikuti gaya orang lain yang sebenarnya di luar kemampuan diri sendiri.
"Dalam hidup itu kita jangan mengikuti gaya hidup orang lain. Kita sering mengikuti gaya hidup orang lain sehingga memaksakan memiliki sesuatu yang belum waktunya. Akhirnya kita utang atau kredit. Kalau gitu kan harus bayar, itu yang akan buat orang jadi terpuruk," kata Buya Yahya dikutip dari kanal YouTube Al-Barjah TV yang tayang pada 29 Juli 2022.
Menurutnya, hidup sederhana jadi cara termudah untuk terhindar dari utang. Sebaliknya, bila terlalu sering foya-foya bisa jadi akan memaksakan diri untuk memiliki sesuatu hingga akhirnya memilih untuk berutang.
Baca Juga: Hukum Melaksanakan Sholat Ied di Rumah Menurut Buya Yahya
Meski begitu, di akui Buya Yahya kalau ada juga orang dengan 'muka utangan'. Artinya, dadar kalau dirinya belum mampu, tetapi demi memenuhi keinginan gaya hidupnya sampai rela berutang kepada orang lain.
Bila sudah begitu, pengasuh Lembaga Pengembangan Da'wah dan Pondok Pesantren Al-Bahjah di Cirebon itu berpesan agar belajar membenahi gaya hidup terlebih dahulu.
"Jangankan hanya dikasih doa, dikasih duit buat bayar utang pun kalau gaya hidupnya belum dibenahi besok akan berutang lagi. Maka yang kita benahi cara hidup, jangan gengsi deh," nasihat Buya Yahya.
Dikutip dari NU Online, Islam memang tidak melarang seorang muslim untuk berutang. Utang menjadi sesuatu yang diperbolehkan dan telah diatur ketentuannya, selama orang yang diberi pinjaman memiliki niatan dan kemampuan membayar di kemudian hari.
Sebab, jika orang yang berutang tidak memiliki niatan dan kemampuan untuk membayar, maka ancaman dan peringatan dari Rasulullah saw sudah siap menanti orang itu, sejak ia masih berada di dunia, di saat kematian, di alam kubur, hingga di akhirat.