Suara.com - Bulan Ramadhan adalah bulan suci penuh berkah bagi umat muslim. Tidak hanya berlipat gandanya suatu kebajikan yang diperbuat dan dimudahkan terkabulnya doa-doa, melainkan juga setan yang dibelenggu.
Hal tersebut disampaikan oleh Nabi Muhammad Saw berdasarkan hadist yang diriwayatkan oleh Imam Muslim nomor 1079 yang artinya,
“Jika bulan Ramadhan datang maka pintu-pintu surga dibuka, pintu-pintu neraka ditutup dan setan-setan dibelenggu.”
Ada pun hadist yang kedua diriwayatkan oleh Imam At-Tirmidzi dalam Sunan-nya nomor 682 yang menyebutkan bahwa setan dan jin jahat dibelenggu saat memasuki bulan Ramadhan dan menyerukan agar manusia untuk mencari kebaikan dan membatasi keburukan sebab Allah memiliki hamba-hamba yang dibebaskan dari neraka.
Baca Juga: Netizen Salfok Lihat Ekspresi Rafathar saat Nyanyi Lagu Ramadhan Datang
Berangkat dari kedua hadist tersebut, mengapa masih banyak perbuatan maksiat yang merajalela di bulan Ramadhan padahal disebutkan setan dan jin jahat sudah Allah belenggu?
Buya Yahya melalui kanal YouTube Al-Bahjah yang diunggah pada 28 Maret 2023 lalu, menyebutkan terdapat dua makna mengenai dibelenggunya setan.
Pertama, sebenar-benarnya dibelenggu oleh Allah Swt agar setan tersebut sehingga tidak dapat menganggu manusia lagi. Kedua, dibelenggu dalam artian langkahnya dipersempit karena Allah telah menjadikan hati dari orang yang beriman itu rindu akan ibadah sehingga susah untuk melakukan kemaksiatan.
“Akan tetapi kenapa orang masih bermaksiat dan sebagainya? Yang membawa dia kepada kemaksiatan bukan setan lagi tetapi hawa nafsu yang sudah setan persiapkan dari dulu,” ungkap Buya Yahya, dikutip pada Senin (10/4/2023).
Buya juga menambahkan kalau hawa nafsu disebut sebagai hal yang lebih keji daripada tipu daya setan.
Maka dari itu penting untuk mengendalikan hawa nafsu agar tidak terbiasa dengan kemaksiatan yang membuat setan tidak memerlukan upaya lebih untuk menjerumuskan manusia pada keburukan.
“Akal kita punya cerita (memori), hati kita punya kesan indah dengan maksiat, mengulang lagi dengan maksiat. Setan sudah dibelenggu akan tetapi hawa nafsu kita belum diperangi, maka tetap saja orang melakukan kemaksiatan tetapi ingat kemaksiatannya bukan karena godaan setan,” jelasnya.
Perbedaan mengenai hawa nafsu dan tipu daya setan terletak dari tujuannya. Menurut Buya, godaan setan hanya tertuju untuk menjerumuskan manusia ke neraka. Misal, godaan membuat suatu keburukan tetapi tidak berhasil maka akan dialihkan pada keburukan yang lain.
Sementara hawa nafsu hanya akan berputar pada satu hal yang hina dan menjadikannya sebagai kebiasaan karena sudah tertanam dalam diri sebagai syahwat.
Shilvia Restu Dwicahyani