Suara.com - Jumat, 7 April 2023 akan diperingati sebagai Jumat Agung bagi umat Katolik. Di hari itu, Yesus Kristus disalib untuk penebusan dosa umatnya.
Dua hari kemudian, umat Katolik akan memperingatinya sebagai Minggu Paskah. Di Larantuka, Kabupaten Flores Timur, Jumat Agung dan Paskah identik dengan tradisi Semana Santa, kata dalam bahasa Portugis yang juga berarti Pekan Suci. Ritual di gereja untuk tradisi turun temurun ini bahkan telah dimulai sejak Kamis Putih atau 6 April 2023 hari ini.
Rangkaian prosesi Semana Santa dimulai dengan Misa Pemberkatan Minyak Suci dan Pembaharuan Janji Imamat di Gereja Katedral Larantuka pada Kamis pagi.
Ada dua patung yang akan dibuka dalam prosesi ini yakni Patung Tuan Ma yang merupakan simbol dari Bunda Maria dan Patung Tuan Ana yang melambangkan Tuhan Yesus. Para peziarah dari dalam dan luar negeri datang berbondong-bondong ke Semana Santa untuk berziarah di kedua simbol keagamaan bagi umat Katolik ini.
Baca Juga: Jadwal Misa Jumat Agung 2023 Online di Katedral Jakarta dan Cara Mengikutinya
Sejarah Semana Santa
Ritual Semana Santa pernah diulas dalam Skripsi berjudul Semana Santa: Suatu Tinjauan Sosio Teologis tentang Makna Semana Santa Bagi Orang Katolik Larantuka (2018) oleh Mahasiswa Teologi Universitas Kristen Satya Wacana (UKSW) Salveltri Agustina Klaping. Dalam skripsi tersebut dijelaskan bahwa menurut legenda setempat,
Patung Tuan Ma ditemukan oleh seorang pemuda yang bernama Resiona sekitar tahun 1510 di pesisir pantai Larantuka atau Pantai Lokea. Masyarakat Larantuka yang pada saat itu menganut kepercayaan animisme menganggap patung itu sebagai benda keramat.
Oleh karena itu, kepala kampung memerintahkan supaya patung itu diantar dan disimpan dengan hormat di rumah pemujaan (korke) mereka. Karena dianggap benda keramat, penduduk memberikan sesajian kepadanya pada peristiwa tertentu, misalnya pada perayaan syukur panen.
Ketika para misionaris dari Ordo Dominikan tiba disana dan menyatakan bahwa patung itu adalah Patung Bunda Maria, dimulailah ritus-ritus penghormatan yang terjaga dalam tradisi Katolik hingga hari ini.
Baca Juga: Pernah Cuek Tak Mau ke Gereja, Onad Blak-Blakan Suatu Saat Ingin Masuk Islam
Prosesi Semana Santa ini dimulai pada Rabu Trewa, sehari sebelum Kamis Putih. Warga mulai mempersiapkan bahan untuk melaksanakan tikam turo, yakni persiapan untuk mengambil rute sepanjang 7 kilometer untuk prosesi hari berikutnya dengan memasang lilin di kanan dan kiri sepanjang jalan.
Rute tersebut akan memiliki delapan armida atau tempat perhentian untuk berdoa. Kedelapan armida ini mewakili delapan suku besar yang ada di Larantuka.
Trewa sendiri dalam tradisi Larantuka berarti bunyi-bunyian. Pada rabu Trewa ini sebagian umat akan membunyikan bunyi-bunyian sebagai tanda masuk kedalam suasana perkabungan, sunyi dan tenang, diikuti dengan beberapa larangan yaitu, tidak mengadakan pesta, minum mabuk, tidak boleh bestori (ribut), tidak boleh bekerja berat dan tidak boleh mengadakan perjalanan jauh.
Pada hari Kamis Putih atau sehari setelahnya, Samana Santa diawali dengan dilaksanakannya perayaan ekaristi di Gereja Katedral Reinha Rosari. Kamis Putih ditujukan untuk merayakan malam perjamuan terakhir Yesus bersama ke-12 murid-Nya sebelum menyerahkan diri-Nya di kayu salib.
Selesai misa, dilanjutkan dengan pembukaan Kapela Tuan Ma. Siang harinya, dilakukan upacara „Muda Tuan, yakni upacara pembukaan peti yang selama satu tahun ditutup. Patung Tuan Ma dibersihkan, dimandikan dan dirias. Umat pun diberi kesempatan berdoa di hadapan patung ini.
Selanjutnya pada Jumat Agung (Sesta Vera), umat datang ke Kapela Tuan Menino tempat disimpannya patung Tuan Meninu yang melambangkan Yesus kanak-kanak. Prosesi Jumat Agung ini dimulai dengan pengarakan Tuan Meninu pada sebuah sampan menuju ke Pantai Kuce (Pohon Sirih) untuk di antar ke armida Tuan Meninu.
Umat kemudian menuju Kapela Tuan Ma dan menjemputnya dan dilanjutkan dengan menjemput Tuan Ana di Kapela Tuan Ana. Kedua patung tersebut diarak menuju Gereja Katedral. Prosesi dilanjutkan dengan Misa Yesus Kristus dan upacara penyembahan salib suci.
Malam puncak prosesi ditandai dengan munculnya empat sosok berpakaian putih yang bernama Lakademu atau dalam cerita kegamaan Katolik dikenal dengan Nikodemus, orang yang mengusung jenazah Yesus turun dari kayu salib. Prosesi via dolorosa (jalan derita) pun dimulai dengan diiringi lagu dan doa kedukaan.
Selama prosesi, peti Tuan Ana dibawa oleh keempat Lakademu. Sedangkan patung Tuan Ma mengiringi dari belakang Tuan Ana. Jalan derita digelar mengelilingi Larantuka menyinggahi delapan armida yang sudah disiapkan sebelumnya. Terakhir pada Sabtu Santo, terdapat upacara pengembalian patung Tuan Ana dan Tuan Ma ke tempat semula.
Kontributor : Nadia Lutfiana Mawarni