Suara.com - Mia Risalinda membagikan ceritanya turun berat badan sampai 50 kilogram, setelah mendapat body shaming dan disebut kuda nil oleh mantan kekasihnya. Pengalaman tersebut ia bagikan melalui akun pribadi media sosial TikTok @mionggggg10.
Berdasarkan penuturannya, berat badan sempat Mia sempat menginjak 115 kilogram dan termasuk obesitas. Dengan berat badannya tersebut ia mudah merasa sesak dan sulit bergerak.
“Pengalaman paling menyedihkan ketika SMA, ketika bully-an dan makian itu jadi makanan sehari-hari buat aku. Tapi aku gak mungkin kaya gini terus, aku harus berubah demi kesehatan aku,” tutur Mia, dikutip pada Senin, (3/4/2023).
Banyaknya perundungan yang harus ia terima sewaktu duduk di bangku sekolah membuatnya semakin termotivasi untuk mengubah gaya hidupnya menjadi lebih sehat, dengan olahraga yang teratur dan melakukan defisit kalori. Tak tanggung-tanggung sampai ada yang menyebutnya seperti kudanil bobot badannya saat itu.
Baca Juga: Bisa Bantu Kualitas Hidup Penderita Obesitas, Ini Beda Endoskopi Bariatrik dari Bedah Bariatrik
“Dulu maksa putus karena gendut kaya kudanil,” tulisnya pada salah satu unggahan videonya.
Perundungan dengan menyasar badan berat badan seseorang disebut body shaming. Mengutip dari laman Halodoc, body shaming terjadi ketika seseorang mempermalukan bentuk tubuh oranglain yang kerap kali hanya dianggap candaan semata.
Padahal, jika dilakukan secara terus-menerus sudah termasuk ke dalam perilaku bullying yang dapat berdampak pada kesehatan mental dan fisik korbannya.
1. Gangguan Makan
Seseorang yang mengalami body shaming akan membuatnya merasa bahwa tubuh yang ia miliki adalah keburukan. Kondisi ini dapat memengaruhi pikiran yang berujung tidak nafsu makan.
Baca Juga: Bahaya Buka Puasa Berlebihan, Makan Sehat untuk Kesehatan Tubuh
Jika dibiarkan akan berdampak pada gangguan pencernaan sampai cedera fisik lantaran nekat melakukan diet ketat sampai olahraga yang berlebihan.
2. Gangguan Dismorfik Tubuh
Body shaming pun turut andil besar dalam membentuk rendahnya kepercayaan diri seseorang alias insecure. Kondisi ini bisa membuat korbannya mengalami gangguan dismorfik tubuh yakni terobsesi dan cemas terhadap penampilannya.
Ia akan merasa malu dengan tubuhnya sendiri yang membuatnya segan untuk bersosialisasi dengan orang lain. Apabila dibiarkan, kondisi ini bisa memicu depresi sampai keinginan untuk mengakhiri hidup.
3. Olahraga Berlebih
Kiat untuk mendapatkan bentuk tubuh yang sesuai agar tidak mendapat body shaming lagi, biasanya dilakukan dengan cara berolahraga yang berlebihan. Sayangnya, hal tersebut justru bisa memicu ragam hal negatif yang tidak baik untuk kesehatan. Seperti cedera, kelelahan, kecemasan, depresei dan lain sebagainya.
4. Masalah Mental
Seseorang yang mendapat body shaming dapat membuatnya merasa malu dan menghindar untuk tampil di depan publik. Ia merasa terisolasi dengan body shaming yang dilontarkan orang lain sehingga ia merasa tidak berharga.
Hal tersebut dapat berdampak pada masalah mental seperti cemas dan depresi yang parah serta bisa memicu keinginan untuk bunuh diri.
5. Risiko Berbagai Penyakit
Body shaming pun turut andil dalam meningkatkan risiko berbagai penyakit fisik dan psikologis lain pada korbannya. Body shaming tidak hanya membuat seseorang untuk menghindari makanan, bisa saja pikiran negatif nya (depresi dan cemas) membuatnya melakukan hal sebaliknya sehingga memicu risiko obesitas. (Shilvia Restu Dwicahyani)