Suara.com - Selebgram Amanda Zahra baru-baru ini mengungkapkan pelecehan seksual juga body shaming yang ia terima lewat media sosial. Dokter yang viral karena dugaan isu perselingkuhan suaminya dengan artis Arawinda itu bahkan membagikan komentar bernada seksualitas yang dituliskan netizen kepada dirinya.
Rata-rata netizen mengomentari gaya berpakaian Amanda Zahra yang dinilai terlalu terbuka juga cara fotonya yang sering kali menonjolkan area payudara dan bokong. Netizen berspekulasi kalau Amanda seolah seperti makin mengekspos tubuhnya sendiri pasca bercerai dengan sang suami.
Ternyata komentar yang mengobjektifikasi tubuhnya itu bukan yang pertama kalinya bagi Amanda. Perempuan 26 tahun itu mengaku kalau sejak remaja dirinya telah sering dapat perlakukan body shaming.
"Saya telah diseksualisasi dan diobyektifikasi sejak saya pubertas, dan sampai hari ini saya masih berpikir itu adalah hal terburuk yang pernah terjadi pada saya," curhat Amanda lewat Twitter pribadinya, dikutip Minggu (2/3/2023).
Perlakuan itu pun berdampak terhadap cara Amanda menilai dirinya sendiri sampai berpikir kalau apa yang dilakukan oleh orang lain kepadanya hanya karena pengaruh fisiknya saja.
Amanda menegaskan kalau dirinya tidak bermaksud untuk tidak bersyukur karena diberi tubuh ideal dan wajah cantik. Namun, hal itu ternyata menjadi bumerang sendiri baginya.
"Pada akhirnya membuat saya merendahkan diri sendiri, seperti "hanya tubuh dan wajah cantik", yang sangat merusak harga diri saya," lanjutnya.
Aman sendiri tak menyangka kalau saat dewasa dirinya masih menerima perlakuan pelecehan secara verbal maupun fisik. Bahkan dalam skala yang lebih besar, lewat media sosial. Ia mengakui kalau hal tersebut tidak mudah baginya.
Hanya saja bedanya kali ini, Amanda yang telah dewasa seolah telah terbiasa dengan hal itu. Sehingga lebih bisa mengontrol dirinya.
Amanda mengaku, ia pernah sampai membenci dirinya sendiri juga bentuk tubuhnya lantaran terlalu sering mendapat perlakuan tidak menyenangkan. Ia mencoba berbagai cara agar pelecehan dalam bentuk apa pun itu tidak terjadi lagi pada dirinya.
"Percayalah, saya sudah mencoba semua itu, mengubah cara saya berpakaian, bahkan cara saya berjalan. Tetapi apakah tindakan itu berhenti? Bahkan ketika saya memakai baju dinas bedah, saya masih dilecehkan. Bahkan ketika saya bersikap dingin seperti perempuan jalang terhadap laki-laki, saya masih dilecehkan. Ketika saya membungkuk untuk menyembunyikan dada saya, saya masih dilecehkan," tutur Amanda.
Tetapi, pada akhirnya, Amanda menyadari kalau apa yang terjadi pada dirinya bukan salahnya. Perlahan, ia mulai mencintai dirinya sendiri apa adanya. Pada akhirnya, ia juga menyadari dari konsekuensi penggunaan media sosial.
Sadar kalau iq tidak bisa mengendalikan apa yang orang pikir dan katakan tentang dirinya, Amanda enggan ambil pusing tentang hal tersebut. Amanda bahkan tak permasalahkan bila potret dirinya di media sosial menjadi pemuas seksual netizen.
"Jika Anda menganggap tweet saya mencari perhatian dan validasi, biarlah. Jika Anda pikir saya memposting aktivitas gym untuk membuat pria pingsan, biarlah. Jika Anda berpikir saya terlihat tidak berpendidikan karena cara saya berpakaian, biarlah," ujar Amanda.
Ia juga mengungkapkan alasannya memposting foto maupun video dengan poses seksi. Amanda menegaskan kalau dirinya bukannya menikmati menjadi objek dan seksual.
"Saya terus memposting karena menurut saya, Anda tidak perlu berhenti melakukan hal-hal yang tidak berbahaya hanya karena beberapa orang memilih untuk menjadi aneh dan tidak sopan. Saya pikir merekalah yang harus berhenti. Jadi jika mencintai diri sendiri, percaya diri dengan tubuh saya, memposting foto narsis tanpa alasan lain selain berpikir bahwa saya terlihat imut," pungkasnya.
Cuitan curhat Amanda Zahra pun jadi viral di Twitter. Baru satu hari diunggah telah dilihat lebih dari 6 juta kali.