Suara.com - Seorang muslim wajib melakukan mandi junub untuk menghilangkan hadats besar di tubuhnya. Disebut junub ketika seseorang mengalami salah satu dari dua hal.
Pertama, keluarnya mani dari alat kelamin laki-laki atau perempuan, baik karena mimpi basah, mempermainkannya, ataupun gairah yang ditimbulkan penglihatan atau pikiran. Kedua, jimak atau berhubungan seksual, meskipun tidak mengeluarkan mani.
Bila kondisi tersebut terjadi saat bulan Ramadhan, seseorang harus segera mandi junub. Dikutip dari situs Kementerian Agama Kota Denpasar, menurut para ulama, bagi orang yang junub di waktu malam di bulan Ramadhan, maka boleh baginya mandi junub setelah fajar atau setelah waktu subuh tiba.
Tidak masalah bagi seseorang mandi junub atau mandi haid setelah Subuh, sebab puasanya pada hari itu tetap dinilai sah.
Baca Juga: Bolehkah Mandi Junub saat Adzan Subuh di Bulan Ramadhan?
Meski begitu, tetap yang lebih utama dengan melakukan mandi junub sebelum waktu Subuh agar bisa memulai puasa dalam keadaan suci dari hadast besar.
Hal tersebut sebagaimana disebutkan oleh Syaikh Wahbah Al-Zuhaili dalam kitab Al-Fiqhul Islami wa Adillatuhu berikut:
Artinya: "Barangsiapa di waktu Subuh masih junub atau perempuan haid yang sudah suci sebelum fajar, kemudian keduanya tidak mandi kecuali setelah fajar, maka puasa pada hari itu sudah mencukupi bagi keduanya".
Kebolehan belum mandi junub hingga Subuh itu berdasarkan perbuatan Nabi Muhammad Saw. Beliau pernah menunda melakukan mandi junub hingga Subuh, kemudian beliau berpuasa. Ini menjadi dasar kebolehan menunda mandi junub setelah fajar atau Subuh.
Hal ini sebagaimana disebutkan dalam hadis riwayat Imam Al-Bukhari dan Muslim, dari Sayidah Aisyah dan Ummu Salamah;
Baca Juga: Telat Bangun dan Belum Mandi Junub Hingga Pagi Hari, Boleh Puasa Atau Enggak Ya?
Sesungguhnya Nabi Saw pernah ketika waktu Subuh dalam keadaan junub dari jimak, kemudian beliau mandi dan berpuasa. Hadis diriwayatkan Imam Al-Bukhari dan Muslim. Dan Imam Muslim menambahi dalam hadis yang bersumber dari Ummi Salamah: 'Dan Nabi Saw tidak mengqada puasanya.