Suara.com - Baru-baru ini sosok Pinkan Mambo kembali menjadi sorotan warganet. Pasalnya etika Pinkan Mambo saat sedang tampil di atas panggung dinilai kurang baik.
Hal ini berawal dari sebuah video yang memperlihatkan Pinkan Mambo sedang tampil di sebuah acara. Ketika microphone yang dikenakannya diminta ganti, Pinkan Mambo justru tidak memberikannya ke petugas, melainkan melemparkannya begitu saja.
Sementara microphone yang dibanting itu milik salah satu backing vocal di acara tersebut. Hal itu membuatnya merasa kecewa. Padahal, Pinkan mambo seharusnya bisa memberikannya kepada petugas secara baik-baik.
Tidak, dalam potongan video yang diunggah kembali akun @nenk_updatee, Sabtu (26/3/2023), keterangan dari backing vocalnya itu merasa kecewa dengan perbuatan Pinkan Mambo.
Baca Juga: Pinkan Mambo Disebut Artis Terburuk oleh Mantan Manager Karena Lakuin Ini, kok Bisa?
“Aku sibuk manggi crew!! Buat nuker mic kabelku yang dipegang dia, eh Mic ku digituin padahal udah dipinjemin, sedih gak sih!!” keterangan dalam video tersebut.
Warganet yang melihat video tersebut juga mengomentari etika Pinkan Mambo yang dinilai tidak sopan. Bahkan, beberapa warganet menilai Pinkan Mambo alami post power syndrome sehingga sifatnya seperti itu.
“Mbaknya post power syndrome agaknya. Sadar mbak, bukan era lu di elu elukan lagi, wes jauh dari zaman keemasan,” komentar salah seorang warganet.
“Kayaknya dia punya post power, berasa masih tenar jadi nganggep yang lain itu gak ada artinya, masih hebatan dia, capernya luar biasa dia ini, mulai bertingkah biar dilirik lagi minimal viral di sosmed, kan yang jadi contoh seleb-seleb uang hobi mempermalukan diri sendiri,” sahut warganet lainnya.
Mengutip Alodokter, post power syndrome sendiri adalah kondisi seseorang yang merasa kekuasaan masih dimilikinya. Mereka belum sepenuhnya menerima hilangnya akan kekuasaan tersebut. Biasanya, hal ini terjadi pada orang-orang yang sedang berada di masa pensiun.
Lantas seperti apa tanda-tanda seseorang yang alami post power syndrome? Berikut beberapa gejala post power syndrome.
- Kurang bergairah dalam menjalani kehidupannya setelah pensiun
- Mudah tersinggung akan berbagai hal
- Menarik diri dari pergaulan
- Tidak mau kalah
- Tidak suka mendengar pendapat orang lain
- Suka memberi kritik atau mencela pendapat orang lain
- Suka membicarakan mengenai kehebatan atau kekuasaannya di masa lalu
Untuk mengatasi seseorang dengan post power syndrome ini, dapat dilakukan dengan berbagai cara, mulai dari memberinya berbagai kegiatan baru. Selain itu, mengajaknya berkomunikasi juga menjadi cara untuk mengurangi gangguan yang dialaminya.
Jika masih sulit, dapat mengajaknya berkonsultasi dengan orang ketiga atau pihak profesional seperti psikolog. Hal itu dapat membantu dirinya menerima diri sendiri dan mengatasi depresi yang dialaminya.